Senin, 20 Mei 2013

JERAPAH DENGAN LEHER PANJANGNYA

Tugas Ekologi Hewan


1.    masalah yang dialami jerapah karena lehernya panjang!
Masalah utama ada pada peredaran darahnya. Semakin tinggi kepala, maka semakin menyulitkan bagi jantung untuk mengedarkan darah hingga sampai ke otak. Dengan panjang leher sekitar 2 m, lebih dari 50% tekanan darah di tubuhnya dikontribusikan untuk menghantarkan darah ke otak. Makhluk lain justru sebaliknya. Dan kenyataannya, tekanan darah jerapah bisa dua kali lipat tekanan darah kuda dan lima kali tekanan darah manusia. Untuk itu, ukuran jantung jerapah juga harus besar. Massa jantung jerapah dewasa mencapai 10 kg dengan panjang mencapai 60 cm, berlipat ukuran manusia kan? Namun jantung jerapah juga merupakan yang terunik di dunia mamalia memamah biak, setelah unta. Jantungnya memiliki sistem pengatur tekanan darah yang kompleks, sehingga mencegah tekanan darah berlebih ketika jerapah ingin minum. Karena posisi kepala jerapah ketika minum adalah lebih rendah daripada dadanya. Sehingga dengan tekanan yang normal, kepala jerapah seharusnya sudah pecah ketika ia minum. Namun hal itu tidak terjadi. Menurut hukum mekanika fluida, tekanan darah bisa diperbesar dengan memperkecil diameter pembuluh darah, namun hal itu justru dapat mengurangi debit aliran darah dengan tinggi tekanan yang sama. Daripada berisiko otak kekurangan darah, maka lebih baik jantungnya saja yang diperkuat. Sama seperti saya, ketika mendesain suatu pompa untuk wilayah perkebunan, maka saya bisa mengutak-atik diameter pipa dan mengganti pompa, namun dua2nya memiliki keuntungan risiko teknis dan finansial masing-masing. Selain masalah peredaran darah, jerapah juga bermasalah dengan massa kepalanya. Maka dari itu, otot lehernya begitu besar dan panjang, terutama di bagian dekat dadanya.




Kaki depan jerapah 10% lebih panjang dari kaki belakang, dan membantu hewan ini mendaki lereng. Jerapah dewasa memiliki kuku besar seukuran piring makan.
Sekali minum, jerapah minum banyak, sehingga mereka bisa tahan lama di daerah kering dan gersang. Ketika mencari makanan mereka akan menjelajahi daerah dengan daun yang lebih padat. Jerapah memiliki bibir keras sehingga mulutnya tidak rusak ketika mengunyah duri di pohon atau ranting.
Jerapah cewek menghabiskan waktu lebih dari 12 jam sehari untuk makan, yang jantan lebih malas lagi, hanya sekitar 6 jaman. Malam dihabiskan untuk memamah biak (ruminating) khususnya setelah senja dan sebelum fajar. Jerapah cowok menghabiskan 22% waktunya untuk berjalan, dibandingkan cewek yang hanya 13%. Sisa waktu yang dipakai cowok digunakan untuk, ehm, mencari cewek. Kalau rame-rame, jerapah tidak beraturan, gak punya pemimpin atau individu utama. Walau begitu, anak jerapah gak pernah dibiarkan sendirian, mereka dirawat oleh kelompok pengasuh dimana para ibu merawat anak-anak.

Week
Jika ada dua cowok merebutin satu cewek, mereka akan bertarung. Caranya dengan adu leher. Kaki depannya ditegarkan dan lehernya diayun kesana kemari memukul lawan. Kadang bisa terjadi kepala mereka bertubrukan dan ada yang terguling ke tanah. Biasanya kontes ini terjadi beberapa menit dan yang kalah harus pergi.
Pada saat berumur satu tahun, anak jerapah tingginya sudah 10 kaki. Anak jerapah dirawat selama setahun dan boleh bebas setelah berusia 15 bulan. Anak perempuan biasanyanya dewasa setelah lima tahun sementara jantan dewasa baru ketika berumur tujuh tahun.
Jerapah bukanlah pejalan kaki yang hebat, walaupun kakinya panjang. Jerapah tidak dapat berjalan di tanah yang berlumpur karena kakinya akan tenggelam dan sangat jarang mereka bisa menyeberangi sungai. Jerapah di seberang sungai tidak dapat pernah berhubungan dengan jerapah di seberangnya, kecuali air surut.
Jerapah beristirahat dengan mata terbuka, berdiri atau berbaring selama tiga atau lima menit. Sepanjang malam, jerapah tidur selama lima hingga 10 menit saja, jarang mereka tidur lebih dari 20 menit sehari.

Hmmm
Batuk dan Bersin
Kalau anak jerapah tersesat, ia memanggil para pengasuhnya, mendengar hal ini, pengasuh akan segera menyahut lembut sementara kalau yang mendengar itu cowok, si cowok akan batuk-batuk. Jerapah juga memberi bersin peringatan, jika ada predator. Suara jerapah seperti orang batuk dan juga dapat bersuara seperti babi.
Jerapah bisa Menghantui
Di negara Arab (Asia maupun Afrika) lainnya, khamar alias minuman memabukkan itu haram. Paling nggak jika berasal dari tumbuhan dan berbentuk minuman. Suku Humr di Sudan punya kreativitas tersendiri. Mereka membuat Umm Nyolokh, makanan memabukkan yang dibuat dari hati dan sumsum jerapah. Ia mengandung DMT dan komponen psikoaktif lainnya. Efeknya adalah halusinasi, lebih tepatnya halusinasi tentang jerapah!
Kamu mungkin bukan orang Humr, tapi bisa jadi kamu sekarang sedang berilusi tentang jerapah. Jerapah jerapah jerapah. Mahluk berleher panjang dan berlidah panjang, yang hanya mampu batuk untuk menakuti predator, yang menghibur dirinya dengan adu leher, yang badannya bintik-bintik. Jerapah memang benar-benar hewan yang bisa menghantuimu bila kamu membunuhnya, dan memakan hatinya tentunya.

Minum Air Kencing Ceweknya
Hati dan sumsum yang bersifat halusinogen hanya satu kegilaan yang datang dari jerapah. Jerapah sendiri punya ritual kawin yang gila. Begini, seperti halnya manusia, jerapah cewek juga sangat  mudah terangsang jika berada dalam masa ovulasi. Saat ini, kandungan hormon tertentu di tubuhnya berubah dan mempengaruhi air kemihnya. Air seninya berubah menjadi manis (atau rasa yang setara, dari sudut pandang jerapah cowok). Jadi yang dilakukan jerapah cowok sebelum ML adalah, meminum air kencing si cewek. Kalau enak berarti si cewek sudah terangsang, kalau belum, ya kamu harus berusaha lebih keras lagi, boy.
Evolusi
Jerapah hidup di Afrika, dari Chad di Afrika Tengah hingga ke Afrika Selatan. Walaupun Okapi jauh lebih pendek dari jerapah, ia juga punya leher panjang dan memakan dedaunan dan kedua hewan memiliki lidah panjang dan memiliki tanduk. Leluhur jerapah pertama muncul di Asia Tengah sekitar 15 juta tahun lalu, walau begitu fosil tertua jerapah, dari Israel dan Afrika, hanya berusia 1,5 juta tahun.
Dalam buku paket biologi, jerapah sering digunakan untuk mengilustrasikan perbedaan antara teori evolusi  Lamarck (Evolusi lewat Pewarisan Lunak) dan teori evolusi Darwin (Evolusi lewat variasi dan Seleksi Alam). Menurut Lamarck, pada tiap generasi, jerapah terus-menerus menjulurkan leher untuk mencapai dahan pohon tertinggi untuk dimakan, dan perpanjangan leher ini diwariskan pada generasi berikutnya. Jadi seperti Ade Ray, karena semasa hidup ia berlatih jadi kekar, maka ntar punya anak, anaknya gak perlu latihan untuk jadi kekar, anaknya udah kekar sebagai warisan dari latihan bapaknya. Sementara itu, menurut Darwin, variasi yang ada pada populasi jerapah (akibat mutasi ketika sel telur dan sel sperma melebur dalam kandungan), membuat jerapah leher panjang lebih dapat bertahan hidup dari jerapah leher pendek (seleksi alam). Jerapah leher pendek pada akhirnya punah dan jerapah leher panjang berjaya. Teori evolusi yang terbukti benar adalah teori evolusi Darwin dan teori Lamarck runtuh sejak lama.
 
Referensi
Animal Corner. Giraffes.
Mayr, E. 2001. What Evolution Is? Orion Publishing Group. Diterbitkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Evolusi oleh KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) bulan Februari 2010, diterjemahkan oleh Andya Primanda, JB Kristanto dan Parakitri T Simbolon.
Steward, D. 18 Agustus 2009. 6 Animals that can get you high. Cracked.com
Yew, J. 10 Oktober 2010. The 6 Most insane Sex Lives in the Animal Kingdom. Cracked.com


     Jerapah:
Hewan yang 
menonjol daripada 
yang lain
oleh Lynn Hofland (terjemahan)
Translated by Rudi Mahendra
________________________________________
Jerapah bahwasanya memang menonjol daripada hewan yang lain. Di kebun binatang atau di habitat alaminya yang berada di sekitar Afrika Tengah, tingginya menjulang lebih dari binatang lain, dan merupakan hewan darat terbesar yang kedua yang masih hidup hingga sekarang (gajah Afrika yang paling besar). Panjang leher jerapah telah mempesonakan para pengamat selama beberapa tahun. 'Bagaimana lehernya bisa panjang?' tanya mereka.
Dalam pengamatan pundaknya yang setinggi 3 meter (10 kaki) jerapah mengulurkan lehernya yang sepanjang 2,5 meter (8 kaki) sampai batasnya, dan ditambah dengan lidahnya yang panjang dan berukuran hampir 1 kaki untuk menjangkaukan dirinya dengan dahan pohon akasia yang terlihat tidak bisa diraih, dan beberapa orang mungkin percaya bahwa proses penguluran tersebut menyebabkan proses pertumbuhan leher jerapah. Tetapi sebenarnya, apakah seekor jerapah mampu menambah sesuatu demi ketinggiannya?
    Kalau satu fitur memang berganti, bukankah ini akan mempengaruhi semuanya? Mari kita pertimbangkan tentang jerapah.
Jerapah merupakan hewan mamalia, oleh karena itu banyak dari struktur anatominya sama dengan apa yang hewan mamalia miliki juga. Seperti dengan hewan mamalia kebanyakan, jerapah memiliki tujuh tulang leher. Bagaimana kalau ia tidak punya tujuh tulang di antara pundaknya dan bagian dasar dari tulang kepalanya? Leher manusia yang pendek menyokong kepala yang sangat seimbang dengan postur tegak dan usaha yang amat kecil. Kepala jerapah yang besar mesti ditahan tinggi setiap saat. Pada saat ia tegak, hampir setengah dari otot lehernya yang beratnya sekitar 225 kilogram (500 pound) sedang dalam ketegangan. Jumlah otot yang diperlukan secara langsung berhubungan dengan banyaknya tulang sendi yang harus disokong. Mengurangi tulang sendi hingga hanya dua (di bagian tengkorak dan di bagian pundak) akan mengurangi beratnya dengan banyak dan keperluan energi untuk kelangsungan hidup juga ikut berkurang. Apabila hal kekurangan makanan menjadikan lehernya untuk berubah, tidakkah jumlah tulang leher dan tulang sendi berubah juga dalam proses evolusi? Tentu saja masalah dalam disain leher ini adalah hilangnya fleksibilitas, dan juga meningkatkan kemampuan keretakan secara banyak, apabila jerapah tersebut menerima suatu pukulan di kepala atau leher.
Dalam hal yang sama, memiliki leher dengan tulang sendi yang saling terhubung dengan rumit akan menyebabkan keperluan tertentu - konsumsi energi yang lebih tinggi dan perlunya untuk menyokong massa otot yang lebih banyak. Ini akan menyebabkan titik berat jerapah untuk berpindah ke bagian depan dari kaki depannya ketika kepalanya dihadap lurus ke depan, dan juga menyebabkan kaki belakang melayang dari tanah - dalam anggapan kaki depannya lumayan kuat. Tujuh tulang leher adalah disain yang unggul.
Dengan kepalanya terangkat tinggi di udara, jantung jerapah yang besar harus bisa memompa darah penuh dengan oksigen dengan cukup dalam jarak 3 meter (10 kaki) ke otak. Ini akan menimbulkan masalah (melibatkan tekanan darah yang terlalu tinggi) ketika jerapah tersebut menurunkan kepalanya pada saat ia minum air, kalau bukan karena sekelompok dinding arteri yang unik, katup yang berkeliling dan mencegah pengumpulan darah, jaringan pembuluh darah yang kecil (rete mirabile, atau 'jaringan yang mengagumkan'), dan sinyal pendeteksi tekanan yang menjaga aliran darah yang cukup ke otak dalam tekanan yang benar. Termasuk bagi yang menganggap ini hanyalah 'adaptasi terhadap tekanan gravitasional yang tinggi dalam sistem kardiovaskular', jerapah adalah hewan yang unik.
 
PENYESUAIAN TERHADAP GRAVITASI
     Jantung jerapah mungkin adalah yang paling kuat di antara hewan-hewan yang lain, karena sekitar dua kali lipat dari tekanan darah normal diperlukan untuk memompa darah melalui lehernya yang panjang hingga ke otak. Dengan tekanan darah yang tinggi ini, hanya fitur desain spesial mencegahnya dari 'meletuskan otaknya' ketika ia membungkuk ke bawah untuk minum air.
Fakta yang sama menakjubkan adalah darahnya tidak berkumpul di bagian kaki, dan jerapah tidak berdarah berlimpah-limpah apabila kakinya terluka. Rahasianya adalah kulitnya yang sangat keras dan jaringan sel di bagian dalam yang mencegah akumulasi darah. Kombinasi kulit ini telah dipelajari dengan dalam oleh ilmuwan NASA dalam perkembangan mereka tentang pakaian untuk astronot. Yang juga berguna untuk mencegah pendarahan besar terdapat pada seluruh pembuluh darah di kaki jerapah yang begitu internal.
Pembuluh rambut yang menjangkau sampai permukaan amatlah kecil, dan ukuran sel darah merahnya sekitar satu per tiga dari ukuran yang dimiliki manusia yang menjadikan aliran darah memungkinkan. Ini tentu menjadi jelas bahwa dari seluruh segi dalam jerapah ini semuanya saling berinteraksi dan saling bergantung satu sama lain dengan lehernya yang panjang.
Tetapi ada lagi. Ukuran sel darah merah yang lebih kecil memungkinkan luas permukaan yang lebih besar dan penyerapan oksigen yang lebih tinggi dan cepat dalam darah. Ini membantu menjaga persediaan oksigen yang cukup hingga ekstremitas, dan juga di bagian kepala.
Paru-parunya bekerja sama dengan jantung untuk membekali jerapah dengan oksigen yang cukup, tetapi dengan cara yang unik untuk jerapah. Ukuran paru-paru jerapah delapan kali lebih besar dari yang dimiliki manusia, dan kecepatan pernafasannya sekitar satu per tiga dari manusia. Bernafas dengan lebih pelan penting untuk menggantikan volume udara yang diperlukan tanpa menyebabkan pengasaran kulit terhadap trakea jerapah yang berlipat-lipat dan sepanjang 3,6 meter (12 kaki). Ketika binatang tersebut menghirup nafas segar, nafas sebelumnya yang telah kehabisan oksigen tidak bisa dikeluarkan sepenuhnya. Untuk para jerapah, masalah ini dirumitkan lagi oleh trakea yang panjang dan yang akan menyisakan udara yang mati dengan banyak, lebih banyak dari satu nafas manusia. Penyelesaiannya adalah udara yang dihirup harus cukup untuk menjadikan 'udara buruk' ini dalam persentase yang kecil dari keseluruhan total. Ini adalah masalah fisika yang telah dipecahkan oleh jerapah.
KELAHIRAN JERAPAH
Untuk hal yang mengherankan, kelahiran jerapah menyelesaikan perkara dalam Intelligent Design (Desain Intelijen). Seekor anak binatang yang baru lahir jatuh dan hidup dari ketinggian 1,5 meter (5 kaki), karena ibunya tidak mampu jongkok ke tanah dengan nyaman, dan berdiam di bawah pada saat melahirkan tentu menjadi undangan kepada singa atau pemangsa lain untuk menyerang sang ibu. Untuk seluruh hewan mamalia, ukuran kepalanya tidak seimbang dengan ukuran tubuhnya yang lain, dan ini menjadi tantangan untuk menurunkan sang anak melalui rahim.
Bayi jerapah mendapat tambahan dalam tantangan, yaitu memiliki leher panjang dan rapuh terhubung dengan seluruh tubuh barunya yang seberat 70 kilogram (150 pound). Apabila kepalanya keluar dulu, lehernya pasti retak ketika bagian tubuhnya yang lain jatuh di atas leher. Kalau kepalanya keluar paling terakhir, lehernya pasti juga retak karena berat badannya menarik kepalanya keluar dari ibunya. Jalan buntu seperti ini dipecahkan dengan panggul belakang yang berukuran amat lebih kecil daripada bahu depan, dan panjang lehernya berukuran cukup untuk memungkinkan kepala melalui rahim dan mendarat di panggul belakang. Kaki belakang keluar dulu untuk menjaga jatuhnya bagian tubuh yang lain. Kepalanya disokong dan dibantali oleh panggul belakang, dan lehernya lumayan lentur, memungkinkan lengkokan tajam di sekitar bahu depan.
Ini adalah jalan keluar yang sempurna, yang merupakan hal yang tidak mungkin di dalam kombinasi yang lain atau panjang leher yang berbeda. Beberapa menit kemudian, anak jerapah tersebut dengan anggun berdiri di antara kaki ibunya. Dari kelahiran hingga kedewasaan dalam hanya empat tahun, lehernya tumbuh dari satu per enam hingga satu per tiga dari total tinggi jerapah tersebut. Pertumbuhan ini diperlukan hewan tersebut untuk mengatasi masalah ketinggian kakinya dan untuk tunduk ke bawah untuk minum air. Makanan anak jerapah untuk tahun pertama biasanya adalah air susu ibunya yang kaya, dan yang bisa dijangkau dengan mudah.
Dalam hal ekologi, jerapah amat cocok dengan lingkungan hidupnya. Ada keperluan akan pohon penghias untuk mencegah pohon rimbun yang tumbuh dengan cepat dari menggelapkan tanah dan membunuh rumput-rumput penting yang menyediakan makanan untuk hewan padang rumput. Juga ada keperluan akan penjaga yang bisa melihat dari atas rumput tinggi dan memandang gerakan-gerakan kucing pemangsa. Jerapah bukan hanya tinggi dan mampu untuk melakukan hal ini, tetapi juga memiliki pandangan dan watak yang ingin tahu. Setelah memperingatkan hewan lain dengan beberapa desis ekor, jerapah dengan gagah berlangkah lari dari bahaya. Tinggi tubuh yang besar, lapisan kulit yang kuat, tendangan belakang yang mematikan, dan langkah yang panjang dan cepat membuat jerapah dewasa seekor mangsa yang tidak diinginkan oleh hewan karnivora yang lain.
Untuk menyatakan bahwa seluruh hal ini mungkin adalah hasil evolusi ke suatu kelas binatang, dengan kurangnya hal lain yang berhubungan dan bisa terpikirkan, dan menjadi amat terbina hanya karena yang disangka adalah kurangnya makanan di bagian permukaan, adalah hal yang mustahil. Tidakkah seharusnya yang lain yang juga makan di bagian permukaan, yang juga mempan dengan kucing besar, dan yang juga mengalami radiasi kosmik yang sama, telah mencapai ketinggian seperti jerapah?
Yang menarik, ada hewan lain yang memang makan dari pohon. Kijang gerenuk (Litocranius walleri) dari Afrika memiliki leher terpanjang dari famili kijang, memiliki lidah panjang, dan makan daun-daun dari pohon ketika berdiri dengan kaki belakangnya. Kambing markhor (Capra falconeri) dari Afganistan memanjat pohon setinggi 25 kaki untuk memakan daun-daun pohon. Mamalia lain juga menginginkan daun-daun pohon tetapi tidak ada satupun dari mereka yang akan menjadi jerapah, dan jerapah tentu saja tidak berasal dari hewan 'kurang dari jerapah'.
Kita tidak bisa tahu bahwa kondisi dulu sama dengan sekarang, namun teori "keperluan akan kelangsungan hidup dengan tumbuh lebih tinggi demi makanan" merupakan hal yang sedikit lebih dari spekulasi post hoc (suatu kekeliruan dalam argumen), sama seperti berbagai penjelasan Darwin tentang jenis hewan. Rekor fosil memastikan ini, dan desain unik dan menakjubkan yang terlihat dari hewan ini membuktikan ini. Pujian, keagungan, dan kebesaran tertuju kepada Sang Pencipta jerapah ini.

Referensi
1. Percival Davis and Dean H. Kenyon, Of Pandas and People (Panda dan Manusia), Haughton Publishing Company, Dallas (Texas), 1989, p. 71.
2. Alan R. Hargens, Developmental Adaptations to Gravity/Cardiovascular Adaptations to Gravity in the Giraffe (Perkembangan Adaptasi terhadap Gravitasi/ Adaptasi Kardiovaskular dalam Jerapah), Life Sciences Division, NASA Ames Research Center (California), 1994, p. 12.
3. Helen Roney Sattler, Giraffes, the Sentinels of the Savannas (Jerapah, Penjaga di Padang Rumput), Lothrop, Lee and Shepard Books, New York, 1979, p. 22.
4. Francis Hitching, The Neck of the Giraffe, Where Darwin Went Wrong (Leher Jerapah, Di Mana Darwin Salah), Ticknor and Fields, New York, 1982, p. 179.
________________________________________
LYNN HOFLAND, B.S.E.E., adalah seorang Environmental Test Engineer (Insinyur Tes Lingkungan) di NASA Ames Research Center (Pusat Penelitian NASA Ames), Mountain View, California. Dia dan istrinya menyekolahkan ketiga anak mereka di rumah sendiri, dan memulai "Stiffneck Ministries" lima tahun yang lalu untuk menyediakan perpustakaan material Ciptaanisme kepada pelajar rumah.

TRANSPALASI JARINGAN

MAKALAH PATOLOGI ANATOMI
“TRANSPALASI JARINGAN”
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Patologi Anatomi
Dosen  : drh. Herlina Pratiwi


 

OLEH
Qur’Aini Yanti         115130100111002
Hendrian Novantiano         115130100111009
Buyung Yahya             115130100111013
Ghinanafiana W.         115130100111021
Dhita Duhita             115130101111013
Novya Mayosie         115130101111019
Shally F.             115130101111025
Riyadlotus Sholihah         115130113111002




PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis ucapkan  kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah Patologi Anatomi ini.
Walaupun masih banyak kekurangan dalam penulisan  makalah  ini,namun penulis berharap agar  makalah ini dapat dipergunakan dan di manfaatkan baik di dalam kampus atau diluar kampus.
Dalam melaksanakan makalah ini banyak pihak yang terlibat dan membantu sehingga dapat menjadi satu makalah yang dapat  di baca dan dimanfaatkan .
Akhirnya kritik yang membangun dan saran  sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya . Sekian dari saya mengucapkan banyak terima kasih .

                                                                       

Malang, November 2012



Penyusun










DAFTAR ISI

Judul Sampul ............................................................................................................          1
Kata Pengantar ......................................................................................................             2
Daftar Isi .................................................................................................................           3
Bab I Pendahuluan
          a.    Latar Belakang ............................................................................................          4
          b.    Rumusan Masalah ......................................................................................          4
          c.    Tujuan Penulisan ........................................................................................          4
          d.    Manfaat Penulisan ......................................................................................         4
Bab II Pembahasan 
          a.    Pengertian Transpalasi ...............................................................................          5
 b.   Jenis-Jenis Transplantasi Jaringan...............................................................          5
          c.  Reaksi Imunitas .........................................................................................             6
          d. Mekanisme Penolakan Transplant.............................................................              6
Bab III Penutup
          a.    Kesimpulan...................................................................................................        8
          b.     Saran.............................................................................................................       8
Daftar Pustaka...........................................................................................................        9









BAB I
PENDAHULUAN
A.    latar Belakang

Ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran dan kesehatan berkembang dengan pesat. Salah satunya adalah kemajuan dalam teknik transplantasi. Transplantasi merupakan suatu teknologi medis untuk penggantian jaringan tubuh pasien yang tidak berfungsi dengan jaringan dari individu lain.
Kemajuan ilmu dan teknologi memungkinkan pengawetan organ, penemuan obat-obatan anti penolakan yang semakin baik sehingga berbagai organ dan jaringan dapat ditranspalasikan. Dibalik kesuksesan dalam perkembangan transplantasi ini muncul berbagai masalah. Semakin meningkatnya pasien yang membutuhkan transplantasi, penolakan, komplikasi pasca transplantasi, dan resiko yang mungkin timbul akibat transplantasi telah memunculkan berbagai pertanyaan tentang etika, legalitas dan kebijakan yang menyangkut penggunaan teknologi itu.
Pada makalah ini akan dibicarakan tentang transplantasi jaringan dan mekanismenya.

B.    Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dari transplantasi jaringan?
2.    Apa saja jenis-jenis transplantasi Jaringan?
3.    Bagaimana reaksi imun terhadap transplantasi?

C. Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui transplantasi jaringan
2.    Untuk mengetahui jenis-jenis dari transplantasi jaringan
3.    Untuk mengetahui reaksi yang terjadi setelah dilakukan transplantasi

D.   Manfaat Penulisan
1.    Kita dapat mengetahui tentang transplantasi jaringan.
2.    Kita dapat mengetahui tentang jenis-jenis dari transplantasi jaringan.
3.    Kita dapat mengetahui tentang reaksi yang terjadi setelah transplantasi.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Transplantasi
Transplantasi adalah memindahkan alat atau jaringan tubuh dari satu orang ke orang lain. Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan ganguan fungsi organ tubuh yang berat. Manfaat transplantasi ginjal sudah terbukti lebih baik dibandingkan dengan dialisis terutama dalam hal perbaikan kualitas hidup.
2.2 Jenis-Jenis Transplantasi Jaringan
Kini telah dikenal beberapa jenis transplantasi atau pencangkokan ,baik berupa cel,jaringan maupun organ tubuh yaitu sebagai berikut:
a.Transplantasi Autologus
Yaitu perpindahan dari satu tempat ketempat lain dalam tubuh itu sendiri,yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi,
b.Transplantasi Alogenik
Yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang sama spesiesnya,baik dengan hubungan keluarga atau tanpa hubungan keluarga,
c.Transplantasi Singenik
Yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang identik,misalnya pada gambar identik,
d.Transplantasi Xenograft
Yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang tidak sama spesiesnya.


2.3 Reaksi Imunitas
Permasalahan yang timbul dalam transplantasi adalah penolakan alat atau jaringan tubuh donor oleh resipien.Penolakan dibagi menjadi 2:
1. Penolakan pertama dan kedua
Terjadi oleh sel T helper (Saat ini disebut CD4+) resipien yang mengenal antigen MHC allogenic. Sel T helper merangsang sel Tc (T citotoxic atau CD8+) mengenal antigen MHC allogenic untuk membunuh sel sasaran. Sel T helper melalui Limfokin menyebabkan Makrofag dikerahkan akibatnya kerusakan jaringan target. Reaksi yang terjadi mirip dengan Hipersensitivitas tipe IV (Gell dan Coombs)
2. Penolakan hiperakut, akut, dan kronik
a. Penolakan hiperakut: tejadi dalam beberapa menit sampai jam setelah transplantasi. Disebabkan oleh destruksi oleh antibodi yang sudah ada pada resipien akibat transplantasi/transfusi darah atau kehamilan sebelumnya. Antibodi mengaktifkan komplemen yang menimbulkan edem dan perdarahan interstitial dalam jaringan tandur sehingga mengurangi aliran darah ke seluruh jaringan.
b. Penolakan akut: pada resipien yang sebelumnya tidak disensitasi terhadap tandur. Terjadi sesudah beberapa minggu sampai bulan setelah tandur tidak berfungsi sama sekali dalam waktu 5-21 hari.
c. Penolakan kronik: hilangnya fungsi organ yang dicangkokkan secara perlahan beberapa bulan setelah berfungsi normal. Disebabkan oleh sensitivitas yang timbul terhadap antigen tandur karena timbulnya intoleransi terhadap sel T, terkadang juga diakibatkan sesudah pemberian imunosupresan dihentikan.
2.4 Mekanisme Penolakan Transplantasi Organ
Golongan darah dan molekul MHC diantara berbagai individu berbeda. Reaksi penolakan dapat dikurangi dengan menggunakan anggota keluarga sebagai donor, tissue typing, dan obat imunosupresi.
Reaksi penolakan ditimbulkan oleh sel Th resipien yang mengenal antigen MHC alogenik dan memicu imunitas humoral (antibodi). Sel CTL/Tc juga mengenal antigen MHC alogenik dan membunuh sel sasaran. Kemungkinan lain juga bahwa makrofag dikerahkan ke tempat tandur atas pengaruh limfokin dari sel Th sehingga menimbulkan kerusakan. Reaksi tersebut sesuai dengan reaksi tipe IV dari Gell dan Coombs/DTH.
Urutan kejadian yang dapat terjadi selama penolakan tandur adalah:
1.    dilakukan transplantasi.
2.    sel dendritik atau makrofag yang ada di dalam tandur (passenger leucocytes) meninggalkan tandur dan merangsang sel T resipien dengan segera.
3.    sel T resipien diaktifkan dan membunuh sel donor dalam tandur.
4.    sel donor yang dibunuh melepas antigen donor, yang dapat dimakan fagosit resipien yang kemudian mempresentasikannya ke sel T resipien melalui molekul MHC II.






BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
    Transplantasi merupakansuatu cara untuk memindahkan alat atau jaringan tubuh dari satu orang ke orang lain. Transplantasi jaringan memiliki jenis-jenis diantaranya adalahTransplantasi Autologus, Transplantasi Alogenik, Transplantasi Singenik, Transplantasi Xenograft.reaksi yang terjadi setelah dilakukan transplantasi yaitu penolakan hiperakut, akut, dan kronik dan mekanisme penolakan transplantasi organ.

3.2 Saran
    Saran kami di tunjukkan kepada para mahasiswa kedokteran hewan agar lebih mengeti tentang transplantasi jaringan agar dapat menguasai teknik transplantasi di bidang kedokteran.












DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghaffar, Prakash Nagarkatti (2009). “MHC: Genetics And Role In Transplantation”. Microbiology and Immunology Online.
Anthony L. DeFranco, Richard M. Locksley, Miranda Robertson (2007). Immunity: the immune response in infectious and inflammatory disease. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-920614-8.
Baratawidjaja, Karnen G. 2006. Imunologi Dasar Edisi Ketujuh. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
David S. Wilkes, William J. Burlingham (2004). Immunobiology of organ transplantation. Springer. ISBN 978-0-306-48328-8.
Djoerban, Zubairi. 2007. Dasar-Dasar Transfusi Darah dalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.
Hanafiah, M. Jusuf. Amir, Amri. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC.
Susalit, Endang. 2007. Transplantasi Ginjal dalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Suwitra, Ketut. 2007. Penyakit Ginjal Kronik dalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

MEKANISME PERADANGAN DAN PENYEMBUHANNYA

MEKANISME PERADANGAN DAN PENYEMBUHANNYA

Radang atau disebut juga  Inflamasi adalah Reaksi jaringan hidup terhadap semua bentuk jejas. Respon terhadap cedera berupa serangkaian reaksi yang menyebabkan musnahnya agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen menyebar lebih luas. Reaksi tubuh yang bersifat lokal terhadap adanya cedera. Suatu rangkaian perubahan yang terjadi pada jaringan yang menunjukkan reaksi terhadap suatu kecelakaan atau kejadian, baik secara mekanis, kemis atau oleh bakteri. Reaksi jaringan terhadap setiap kerusakan yang tidak terlalu berat. Jaringan dapat dirusak oleh infeksi mikroorganisme, trauma, bahkan racun kimiawi dan fisika. Respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi atau mengurung agen pencedera dan jaringan yang cedera. sedangkan Infeksi adalah masuknya kuman penyakit kedalam tubuh menimbulkan gejala – gejala penyakit dan bersifat difus (tersebar).

PENYEBAB RADANG
Jaringan dapat dirusak oleh:
    Infeksi mikroorganisme
    Trauma fisik
    Racun kimiawi
    Racun fisika
Menurut gejala klinis, radang dibagi menjadi :
    Radang akut (datang tiba – tiba / mendadak
    Radang per akut (lebih akut)
    Radang kronis (menahun)
Aktifitas peradangan yang diselenggarakan oleh mediator inflamasi dimulai dengan dilatasi pembuluh darah arterial dan pembuluh darah kapiler setempat untuk menciptakan kondisi hiperemi. Setelah itu, akan terjadi kontraksi endotel dinding kapiler yang dapat meningkatkan permeabilitas vaskuler, sehingga akan terbentuk eksudat serous di interstisium daerah yang mengalami peradangan. Pembuluh darah kapiler yang sehat mempunyai permeabilitas yang terbatas, yaitu dapat dilalui oleh cairan dan larutan garam, tetapi sulit untuk dialui larutan protein yang berupa koloid. Apabila pembuluh darah kapiler cedera akibat peradangan, maka dinding pembuluh darah kapiler menjadi lebih permeabel dan akan lebih mudah dilalui oleh larutan protein yang berupa koloid. Peningkatan permeabilitas tersebut menyebabkan peningkatan jumlah cairan yang keluar dari pembuluh darah kapiler. Cairan tersebut akan mengisi jaringan sekitar radang dan menyebabkan edema, sehingga akan terlihat gejala radang yaitu pembengkakan. Larutan protein (koloid) dapat dengan mudah keluar melalui dinding pembuluh darah kapiler yang cedera/rusak tersebut. Molekul protein awal yang keluar dari pembuluh darah adalah albumin, kemudian diikuti oleh molekul-molekul protein yang lebih besar (globulin dan fibrinogen). Kondisi ini menyebabkan cairan edema mempunyai kadar protein yang tinggi. Kadar protein yang tinggi dalam plasma di jaringan tersebut akan mengakibatkan peningkatan tekanan osmotik dalam jaringan, sehingga menghalangi cairan plasma tersebut masuk ke dalam pembuluh darah kapiler.
Selain itu, terjadi perubahan pengaliran sel-sel darah putih di dalam pembuluh darah di daerah yang mengalami radang. Apabila dalam kondisi normal, maka sel-sel darah putih akan mengalir di tengah arus. Sedangkan pada kondisi radang, sel-sel darah putih akan mengalami marginasi (mengalir mendekati dinding endotel). Sel-sel darah putih tersebut berperan dalam fagositosis agen penyebab radang, menghancurkan sel dan aringan nekrotik, serta antigen asing.
Kondisi radang akan terjadi aktifitas pengiriman sel-sel darah putih dari lumen pembuluh darah ke daerah yang mengalami radang atau ke lokasi yang mengalami kerusakan jaringan. Tahapan dalam pengiriman sel-sel darah putih tersebut diantaranya adalah :
1.    Sel-sel darah putih mengalir mendekati endotel pembuluh darah (marginasi).
2.    Sel-sel darah putih mendarat pada dinding endotel pembuluh darah dengan cara menggelinding di sepanjang endotel (rolling).
3.    Sel-sel darah putih berhenti dengan melekat pada reseptor di permukaan endotel (adhesi).
4.    Sel-sel darah putih mengalami ekstravasasi/emigrasi (keluar dari dalam pembuluh darah) dengan cara menembus dinding endotel dan membran basal di bawah endotel. Keluarnya sel-sel darah putih terjadi secara diapedesis (melewati celah diantara endotel).
5.    Sel-sel darah putih bermigrasi di jaringan interstisium, menuju ke pusat inflamasi karena adanya stimulus kemotaktik.
Mekanisme migrasi sel-sel darah putih keluar dari pembuluh darah dan menuju ke pusat inflamasi disebabkan oleh adanya bahan kemotaktik (mediator inflamasi, jaringan nekrotik, infeksi oleh mikroba, dan benda asing). Sel-sel darah putih (leukosit) yang berada di interstitium daerah radang akan bertindak sebagai sel-sel radang. Kemotaktik adalah pergerakan menuju arah tertentu yang disebabkan oleh zat-zat kimia. Kemotaktik menyebabkan leukosit bergerak langsung menuju ke jaringan yang cedera/rusak. Sel-sel darah putih terutama tertarik oleh zat-zat yang dilepaskan oleh bakteri (agen infeksi) dan zat-zat yang dilepaskan oleh jaringan yang cedera. Kemotaksis menyebabkan sel-sel darah putih menuju ke agen infeksi, sehingga akan terjadi fagositosis.

KEMBALI KE KEADAAN NORMAL
    Terdiri dari penggantian sel mati oleh sel yang hidup
    Sel-sel ini dapat berasal dari Parenkim atau stroma jaringan ikat yang terjejas
    Pemulihan sel yang mati melibatkan proliferasi jaringan ikat disertai pembentukan jaringan parut
    Pemulihan tulang: Ketika terjadi Fraktur / patah tulang otomatis akan terjadi perdarahan. Pada akhir proses koagulasi, bekuan darah akan mengisi daerah diantara kedua ujung tulang yang patah sehingga terjadi pembentukan jaringan granulasi. Pada hari kedua – ketiga akan terbentuk kondroblas dan osteoblas, dan pada akhir minggu pertama dapat ditemukan adanya prokalus / kalus sementara atau disebut juga kalus jaringan lunak, yan akan menyebabkan matriks protein tulang (osteoid) melakukan kalsifikasi progresif pada trabekula osteoid sehingga pada minggu keempat sampai dengan minggu keenam sudah akan terbentuk kalus tulang.





BENTUK PENYEMBUHAN :
1.    Penyembuhan primer. Penyembuhan tujuan pertama Penyembuhan yang terjadi Bila tepi luka bedah disambung dan dijahit secara rapih Hari I, Pasca bedah : Luka insisi disambung & dijahit kemudian garis insisi akan segera terisi bekuan darah dan proses koagulasi (pembekuan darah) menyebabkan permukaan bekuan mengering dan membentuk kerak Hari II : Re-epitelialisasi permukaan & pembentukan jembatan, yang disebut jaringan fibrosa. Reepitelialisasi ini tergantung pada anyaman fibrin yang terbentuk selama proses koagulasi Hari III : respon peradangan akut akan berkurang. Neutrofil sebagian besar digantikan oleh makrofag, yang akan melakukan fagositosis untuk membersihkan tepi luka dari sel – sel yang rusak
Hari V : celah insisi terdiri dari jaringan granulasi yang kaya akan pembuluh darah dan bersifat longgar. Serabut – serabut kolagen dapat ditemukan pada tahap ini
Akhir minggu I : luka akan tertutup oleh eidermis dan celah sub epitel mulai membentuk serabut kolagen Selama minggu II : akan tampak adanya proliferasi fibroblas dan pembuluh darah secara terus menerus, dan menyebabkan terjadinya timbunan serabut kolagen yang progresif. Pada minggu ini kerangga fibrin sudah lenyap dan jaringan parut akan tampak berwarna merah cerah, yang menandakan reaksi radang hampir hilang seluruhnya. Akhir minggu II : struktur jaringan dasar parut telah mantap dan warna jaringan parut lebih muda, yang disebabkan adanya tekanan pada pembuluh darah, timbunan kolagen dan peningkatan daya rentang luka

2.    Penyembuhan sekunder. Penyembuhan dengan Granulasiatau disebut juga Penyembuhan kedua Terjadi bila hilangnya jaringan mencegah penyambungan primer
Proses penyembuhan berlangsung lebih lama Ketika terjadi luka /trauma, dasar dan tepi luka dilapisi oleh jaringan granulasi sehingga dapat terjadi proliferasi fibroblas dan pembentukan tunas kapiler. Kemudian leukosit akan membersihkan eksudat dan debris pada area luka dan proses pembentukan jaringan granulasi terjadi dari tepi ke bagian tengah. Kondisi ini menyebabkan migrasi dan proliferasi tepi yang berepitel.







Pengamatan Penggantian Tapal Kuda 2012

Pengamatan Penggantian Tapal Kuda

 Foto Orang

Identitas Orang Penapal Kuda
Nama    : Imam
Umur    : 37 tahun
Alamat    : Jalan Tojoyo, Singosari Malang

Foto Kuda

Identitas Kuda
Nama    : Zaenab
Umur    : 4 tahun
Jenis Kelamin : Betina
Jenis Kuda    : Kuda  Bima
Foto tapal kuda karet
Kuda yang kami amati termasuk kuda jinak. Kuda ini baru di dapatkan Pak Imam pada malam harinya sebelum kami kesana untuk mengamati penggantian tapal kuda. Kuda di dapatkan di bangil desa bujeng, Pasuruan. Kuda betina ini tidak begitu terawat pada pemilik sebelumnya, sehingga tapal kuda pertama terbuat dari karet ban. Tapal karet ban ini modifikasian pemilik sendiri. Kekurangan dari tapal karet yaitu dapat menyebabkan pembusukan kuku dan tidak ratanya lapisan permukaan kuku kuda.
FOTO pemasangan dan peakuan
Perlakuan pertama yaitu melepas tapal karet lama dengan cara menariknya dengan penarik paku. Paku ini bukan paku khusus tapal dan masuk ke dalam kuku (bukan ke samping) sehingga terjadi pembusukan kuku. Bau kuku kuda ini bau sekali karena terinfeksi bakteri. Setelah itu di lakukan pemotongan kuku. Pemotongan kuku ini ada batasnya. Batas hanya di kira-kira sendiri. Batasnya hingga warna putih terlihat sedikit hitam. Jika terlalu dalam maka kaki akan berdarah.
Ukuran tapal dan ukuran kaki harus sesuai ukuran (ukuran sama).
FOTO kikiran paku
Setelah itu di lakukan pemakuan tapal. Pemakuan ini di lakukan secara miring, sehingga terlihat keluar ke samping. Setelah itu paku di kikir rata agar tidak melukai kaki samping kuda itu sendiri. Jika paku itu melukai kakinya akan menyebabkan sutit(luka gores). Jumlah paku per tapal sekitar 4-5 buah paku. Setelah itu merapikan kuku samping sengan cara di kikir.
FOTO kikiran kuku
Pemasangan tapal jangan sampai goyang karena dapat mengganggu jalannya kuda itu sendiri. Cara pembuatan tapal ini yaitu di buat sendiri dengan cara pemanasan besi dan di tempa. Tapal dapat di beli sendiri jika tidak mau membuat. Pembelian tapal ada di surabaya sekitar 150-170rb untuk seekor kuda. Tapal ini buatan amerika, biasanya di gunakan untuk kuda balap. Kekurangan tapal kuda ini yaitu biaya kurang ekonomis karena kuda ini hanya di jadikan kuda dokar(alat transportasi). Penggantian tapal ini dilakukan hampir tiap bulan tergantung pemakaian.

Alat yang digunakan untuk mengganti tapal kuda yaitu pengot, badok, temuku, betel atau penunjel, paku khusus tapal, tapal besi, penarik paku, kikiran, palu.
FOTO ALAT-ALAT



Gambar kuku yang busuk dan bagian-bagiannya
Gambar tapal karet
Gambar setelah tapal besi di pasang
Gambar kita bersama kuda dan Pak Imam

Ketengangan lanjut tentang Pak Imam
Pak imam telah melakukan profesi ini sekitar 7 tahunan, ia mengikuti profesi ini dari orang tuanya . Kuda yang kami amati yaitu kuda yang biasa digunakan untuk andong/dokar atau alat transportasi. Tarif perorang sekitar 2500 sampai 3000rupiah.

usaha peternakan sapi potong

BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Ternak-ternak dipelihara untuk dimanfaatkan tenaga/diambil hasilnya dengan cara mengembangbiakkannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan para petani. Agar ternak peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan pemberian pakan. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup. Pakan yang sering diberikan pada ternak kerja antara lain berupa: hijauan dan konsentrat (makanan penguat) (Anonimus 2010).

Ternak menggunakan komponen zat-zat gizi untuk memenuhi kebutuhan mempertahankan kondisi normal tubuhnya, pertumbuhan jaringan tubuh, berproduksi danbereproduksi. Produk-produk ternak, seperti daging, susu, telur dan hasil-hasil ikutan lain,pada dasarnya merupakan hasil dari serangkaian proses yang kompleks, mulai dari prosespencernaan sampai metabolisme zat-zat gizi, yang mengakumulasikan protein, karbohidrat,lemak dan mineral pada jaringan-jaringan tubuh. Laju akumulasinya menentukan jumlahproduk yang dibentuk dan komposisi atau kualitas dari produk tersebut ditentukan oleh lajuakumulasi dari masing-masing komponennya selama waktu tertentu (Kartadiasastra, 1997)

Familia hewan yang mencakup semua ternak sapi dikenal sebagai familia Bovidae. Hewan dari familia ini adalah yang terbanyak dari semua hewan berkuku. Banyak dari subfamilia Bovinae yang diternakkan. hubungan hewan dala subfamilia Bovinae dapat di lihat pada gambar berikut:
Semua sapi jinak yang diternakkan berasal dari Bos taurus atau sapi tak berkelasa dan Bos indicus yang asal keturunannya yang liar telah punah dan dari sapi liar Asia Tenggara Bos gaurus dan Bos banteng dan dari persilangan dua atau tiga tipe. Antar ternak kesemuanya dapat saling bertangkar dan kesuburan yang berbeda derajatnya.
Beberapa bukti paling awal mengenai mulai diternakkannya sapi terdapat di selatan Turkestan 8000 tahun SM. Sapi-sapi dimasa itu merupakan asal sapi dari bangsa bertipe tanduk panjang Hamit, juga ada bukti ditempat yang sama 2000 tahun kemudian bahwa ada Bos brachyceros atau tipe bertanduk pendek. Tipe-tipe sapi bertandk panjang dan pendek ini merupakan asal-usul dari sapi Bos taurus di dunia sekaran.

Bukti-bukti yang sampai sekarang menyatakan bahwa sapi Zebu berasal dari Asia Barat, tidak seperti dugaan pertama yang menyatakan berasal subbenua India. Bukti-bukti saat mulainya penjinakkan sapi Zebu belum jelas, hanya mulai di Thailand oleh orang-orang Indochina

          Tipe sapi bertanduk panjang, tanduk pendek dan Zebu di masukkan ke bena Afrika sejak saat sejarah sapi jinak mulai dan benua Amerika dan daerah Oceania sejak abad 16. Kelompok hewan sapi yang meliput sapi jinak di kenal dengan Bovidae. Sampai saat ini ada 4 sbkelompok yang masing-masing terdiri dari spesies dan breed:

a. Subkelompok (subgroup)
   Taurine yang terdiri dari sapi jinak yang penting dan banyak jumlahnya speolis:
Bos taurus : Jenis sapi yang menjadi sapi potong dan perah di Eropa. Golongan ini telah tersebar di seluruh  permukaan bumi, termasuk Indonesia.
Bos Indicus : Zebu (sapi berpunuk) inilah yang sekarang berkembang di India dan sebagian di Indonesia

b. Subgroup Bibovine
Bos gaurus gaur : species liar terdapat di India, Birma dan Malaysia
Bos Frontalis spesies semiliar gayal : terdapat di Assam Birma
Bos sondaicus dan banteng : Golongan ini merupakan sumber asli sapi-sapi Indonesia

c. Subgroup Bisontine
Yang meliputi :
Bos grunniens : Yak, ternak jinak di Tibet
Bos bison : Bison, spesies Amerika utara yang hampir punah tetapi di silangkan dengan sapi Eropa

d. Subgroup Bubaline atau buffaloes
    Spesies yang penting adalah :
bos , bubalis yang ada di Timur dekat dan Asia Tenggara
Bos mindorensis di Filipina
Bos depressicornis di Sulawesi.



BAB II
 PEMBAHASAN

Beternak sapi potong merupakan usaha yang sangat menarik. Selain untuk memenuhi permintaan pasar daging yang masih belum terpenuhi, juga untuk mendorong timbulnya industri lain yang berbahan baku daging, kulit tulang dan bahan ikutannya.

Dampak positif dari usaha peternakan sapi potong, antara lain adalah:

    - Membuka kesempatan berusaha dan peningkatan usaha agribisnis terpadu serta membuka kesempatan kerja.
    - Menggerakan perekonomian wilayah dan meningkatkan pendapatan peternak.

Usaha peternakan sapi potong di Indonesia telah lama dikenal masyarakat. Agar usaha ini dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi pemiliknya maka perlu diperhatikan beberapa hal yang menyangkut Manajemen pemeliharaan ternak sapi potong, antara lain:
1. Seleksi Bibit
    a. Pejantan: Seleksi menyangkut kesehatan fisik, kualitas semen dan kapasitas servis.
    b. Betina: Seleksi menyangkut kondisi fisik dan kesehatan, kemiringan vulva tidak terlalu keatas, mempunyai puting 4 buah, bentuk ambing relatif besar dengan bentuk yang simetris.
2. Pakan
Pakan untuk ternak sapi potong dapat berupa Hijauan (rumput, kacang-kacangan dan limbah pertanian), konsentrat (dedak padi, onggok, ampas tahu) dan makanan
tambahan (vitamin, mineral dan urea).

Secara umum jumlah makanan yang diberikan untuk seekor sapi setiap hari adalah sebagai berikut :
    - Hijauan : 35 - 47 Kg, atau bervariasi menurut berat dan besar badan.
    - Konsentrat : 2 - 5 kg
    - Pakan tambahan : 30 - 50 gr.

3. Kandang
    a. Syarat Kandang
        - Bahan kandang dari kayu/ bambu serta kuat
        -Letak kandang terpisah dari rumah dan jaraknya cukup jauh
        -Lantai dari semen/tanah yang dipadatkan, dan harus dibuat lebih     tinggi dari tanah sekitarnya.
        -Ventilasi udara dalam kandang harus baik.
        - Drainase di dalam dan luar kandang harus baik.
      
    b. Ukuran kandang
        - Sapi betina dewasa 1,5 X 2 m/ekor
        -Sapi jantan dewasa 1,8 X 2 m/ekor
        -Anak sapi 1,5 X 2 m/ekor

4. Sistem Perkawinan
    a. Hand Mating
       Kawin alam yang teratur dimana sapi betina birahi dibawa ke tempat pejantan untuk dikawinkan atau di IB.
     
    b. Pasture Mating
       Jantan dan betina kawin alam di padang pengembalaan

    c. Mengetahui Tanda Birahi
       tanda-tanda birahi yaitu ; selalu gelisah, mencoba menaiki sapi lain, vulva membesar dan kemerahan serta keluar cairan lendir, nafsu makan menurun.
     
    d. Mengetahui Tanda-tanda Melahirkan
       Tanda melahirkan seperti urat daging sekitar vulva mengendor, dikiri kanan pangkal ekor kelihatan legok, ambing membesar dan tampak tegang, sapi
gelisah dan lain-lain.



5. Kesehatan Hewan

Tindak pencegahan :
    a. Hindari kontak dengan ternak sakit
    b. Kandang selalu bersih
    c. Isolasi sapi yang di duga kena penyakit agar tidak menular ke sapi yang lain
    d. Mengadakan tes kesehatan, khususnya penyakit Brucellosis dan Tuberculosis.
    e. Desinfektan kandang dan peralatan
    f. Vaksinasi teratur.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Beternak sapi potong merupakan usaha yang sangat menarik. Selain untuk memenuhi permintaan pasar daging yang masih belum terpenuhi, juga untuk mendorong timbulnya industri lain yang berbahan baku daging, kulit tulang dan bahan ikutannya.


Reaksi hipersensitivitas tipe 1

Reaksi hipersensitivitas tipe 1
Reaksi IgE
Ikatan silang antara antigen dan IgE yang di ikat sel mast dan basofil melepas mediator vasoaktif
Manifestasi khas: anafilaksis sistemik dan local seperti rhinitis, asma, urtikaria, alergi makanan dan akzen.
   
Mekanisme     IgE
Gejala    : Anavilaksis, urtikaria, angioedem, mengi, hipotensi, nausea, muntah, sakit abdomen, diare
Contoh   : Penisilin dan β-laktam lain, enzim, antiserum, protamin, heparin antibody monoclonal, ekstrak allergen, insulin
   

AMENOREA

TUGAS ENDOKRINOLOGI
AMENOREA
OLEH :
QUR’AINI YANTI    115130100111002
ABEDNEGO P.A         115130100111022
ADI NALURIKA         115130101111011
NOVYA MAYOSIE A.     115130101111019
ACHMAD NURENDY     115130107111007
RIYADLOTUS SHOLIHAH 115130113111002







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN
PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
M A L A N G
2012


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 PENDAHULUAN
Secara berkala, fungsi seksual betina berada di bawah kendali hormon. Hal inilah yang membuat kami mengambil judul ini untuk memenuhi tugas endokrinologi. Secara umum, tanda yang khas untuk suatu siklus haid adalah timbulnya perdarahan melalui vagina setiap siklus birahi. Perdarahan ini terjadi akibat rangsangan hormonal secara siklik terhadap endometrium. Amenorea dapat dibagi dalam dua bentuk, yaitu:
1. Amenorea fisiologik
Amenorea yang terdapat pada masa sebelum pubertas, masa kehamilan, masa laktasi dan sesudah menopause.
2. Amenorea patologik
Lazimnya diadakan pembagian antara amenorea primer dan amenorea sekunder. Amenorea primer, apabila seorang wanita berumur 16 tahun ke atas belum pernah dapat haid; sedang pada amenorea sekunder penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi.

Amenorea primer merupakan suatu keadaan dimana tidak terjadi menstruasi pada wanita yang berusia 16 tahun ke atas dengan karaktersitik seksual sekunder normal, atau umur 14 tahun ke atas tanpa adanya perkembangan karakteristik seksual sekunder. Penyebab tidak terjadinya haid dapat berupa gangguan di hipotalamus, hipofisis, ovarium (folikel), uterus (endometrium), dan vagina. Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-kelainan genetik.
Istilah kriptomenorea menunjuk kepada keadaan dimana tidak tampak adanya haid karena darah tidak keluar berhubung ada yang menghalangi, misalnya pada ginatresia himenalis, penutupan kanalis servikalis, dan lain-lain.3,4
Usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid (menarche) bervariasi lebar, yaitu antara 10-16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum.
Penulisan referat ini adalah bertujuan untuk memperoleh alur pemikiran dalam menghadapi kasus-kasus amenorea primer, sehingga bisa diambil tindakan secara tepat dan efisien.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN





















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 FISIOLOGI MENSTRUASI
Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Sekarang diketahui bahwa dalam proses ovulasi, yang memegang peranan penting adalah hubungan hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (hypothalamic-pituitary-ovarium axis). Menurut teori neurohumoral yang dianut sekarang, hipotalamus mengawasi sekresi hormon gonadotropin oleh adenohipofisis melalui sekresi neurohormon yang disalurkan ke sel-sel adenohipofisis lewat sirkulasi portal yang khusus. Hipotalamus menghasilkan faktor yang telah dapat diisolasi dan disebut Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) karena dapat merangsang pelepasan Lutenizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari hipofisis.1,2,4
Penyelidikan pada hewan menunjukkan bahwa pada hipotalamus terdapat dua pusat, yaitu pusat tonik dibagian belakang hipotalamus di daerah nukleus arkuatus, dan pusat siklik di bagian depan hipotalamus di daerah suprakiasmatik. Pusat siklik mengawasi lonjakan LH (LH-surge) pada pertengahan siklus haid yang menyebabkan terjadinya ovulasi. Mekanisme kerjanya juga belum jelas benar.4
Siklus haid normal dapat dipahami dengan baik dengan membaginya atas dua fase dan satu saat, yaitu fase folikuler, saat ovulasi, dan fase luteal. Perubahan-perubahan kadar hormon sepanjang siklus haid disebabkan oleh mekanisme umpan balik (feedback) antara hormon steroid dan hormon gonadotropin. Estrogen menyebabkan umpan balik negatif terhadap FSH, sedangkan terhadap LH, estrogen menyebabkan umpan balik negatif jika kadarnya rendah, dan umpan balik positif jika kadarnya tinggi. Tempat utama umpan balik terhadap hormon gonadotropin ini mungkin pada hipotalamus.1,2,4
Tidak lama setelah haid mulai, pada fase folikular dini, beberapa folikel berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini disebabkan oleh regresi korpus luteum, sehingga hormon steroid berkurang. Dengan berkembangnya folikel, produksi estrogen meningkat, dan ini menekan produksi FSH; folikel yang akan berovulasi melindungi dirinya sendiri terhadap atresia, sedangkan folikel-folikel lain mengalami atresia. Pada waktu ini LH juga meningkat, namun peranannya pada tingkat ini hanya membantu pembuatan estrogen dalam folikel. Perkembangan folikel yang cepat pada fase folikel akhir ketika FSH mulai menurun, menunjukkan bahwa folikel yang telah masak itu bertambah peka terhadap FSH. Perkembangan folikel berakhir setelah kadar estrogen
dalam plasma jelas meninggi. Estrogen pada mulanya meninggi secara berangsur-angsur, kemudian dengan cepat mencapai puncaknya. Ini memberikan umpan balik positif terhadap pusat siklik, dan dengan lonjakan LH (LH-surge) pada pertengahan siklus, mengakibatkan terjadinya ovulasi. LH yang meninggi itu menetap kira-kira 24 jam dan menurun pada fase luteal. Mekanisme turunnya LH tersebut belum jelas. Dalam beberapa jam setelah LH meningkat, estrogen menurun dan mungkin inilah yang menyebabkan LH itu menurun. Menurunnya estrogen mungkin disebabkan oleh perubahan morfologik pada folikel. Mungkin pula menurunnya LH itu disebabkan oleh umpan balik negatif yang pendek dari LH terhadap hipotalamus. Lonjakan LH yang cukup saja tidak menjamin terjadinya ovulasi; folikel hendaknya pada tingkat yang matang, agar ia dapat dirangsang untuk berovulasi. Pecahnya folikel terjadi 16 – 24 jam setelah lonjakan LH. Pada manusia biasanya hanya satu folikel yang matang. Mekanisme terjadinya ovulasi agaknya bukan oleh karena meningkatnya tekanan dalam folikel, tetapi oleh perubahan-perubahan degeneratif kolagen pada dinding folikel, sehingga ia menjadi tipis. Mungkin juga prostaglandin F2 memegang peranan dalam peristiwa itu.1,2,4
Pada fase luteal, setelah ovulasi, sel-sel granulose membesar, membentuk vakuola dan bertumpuk pigmen kuning (lutein); folikel menjadi korpus luteum. Vaskularisasi dalam lapisan granulosa juga bertambah dan mencapai puncaknya pada 8–9 hari setelah ovulasi.4
Luteinized granulose cell dalam korpus luteum itu membuat progesteron banyak, dan luteinized theca cell membuat pula estrogen yang banyak, sehingga kedua hormon itu meningkat tinggi pada fase luteal. Mulai 10–12 hari setelah ovulasi, korpus luteum mengalami regresi berangsur-angsur disertai dengan berkurangnya kapiler-kapiler dan diikuti oleh menurunnya sekresi progesteron dan estrogen. Masa hidup korpus luteum pada manusia tidak bergantung pada hormon gonadotropin, dan sekali terbentuk ia berfungsi sendiri (autonom). Namun, akhir-akhir ini diketahui untuk berfungsinya korpus luteum, diperlukan sedikit LH terus-menerus. Steroidegenesis pada ovarium tidak mungkin tanpa LH. Mekanisme degenerasi korpus luteum jika tidak terjadi kehamilan belum diketahui. Empat belas hari sesudah ovulasi, terjadi haid. Pada siklus haid normal umumnya terjadi variasi dalam panjangnya siklus disebabkan oleh variasi dalam fase folikular.4
Pada kehamilan, hidupnya korpus luteum diperpanjang oleh adanya rangsangan dari Human Chorionic Gonadothropin (HCG), yang dibuat oleh sinsisiotrofoblas.
Rangsangan ini dimulai pada puncak perkembangan korpus luteum (8 hari pasca ovulasi), waktu yang tepat untuk mencegah terjadinya regresi luteal. HCG memelihara steroidogenesis pada korpus luteum hingga 9–10 minggu kehamilan. Kemudian, fungsi itu diambil alih oleh plasenta.4
Dari uraian di atas jelaslah bahwa kunci siklus haid tergantung dari perubahan-perubahan kadar estrogen, pada permulaan siklus haid meningkatnya FSH disebabkan oleh menurunnya estrogen pada fase luteal sebelumnya. Berhasilnya perkembangan folikel tanpa terjadinya atresia tergantung pada cukupnya produksi estrogen oleh folikel yang berkembang. Ovulasi terjadi oleh cepatnya estrogen meningkat pada pertengahan siklus yang menyebabkan lonjakan LH. Hidupnya korpus luteum tergantung pula pada kadar minimum LH yang terus-menerus. Jadi, hubungan antara folikel dan hipotalamus bergantung pada fungsi estrogen, yang menyampaikan pesan-pesan berupa umpan balik positif atau negatif. Segala keadaan yang menghambat produksi estrogen dengan sendirinya akan mempengaruhi siklus reproduksi yang normal.

2.2 EVALUASI AMENOREA
Gejala amenorea dijumpai pada penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan yang bermacam-macam. Untuk menegakkan diagnosis yang tepat berdasarkan etiologi, tidak jarang diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan yang beraneka ragam, rumit, dan mahal. Tidak semua fasilitas kesehatan mampu melaksanakan semua pemeriksaan, dan hal itu tidak selalu perlu. Ada jenis-jenis amenorea yang memerlukan pemeriksaan lengkap, akan tetapi ada juga yang dapat ditetapkan diagnosisnya dengan pemeriksaan sederhana.
Anamnesis yang baik dan lengkap sangat penting. Pertama, harus diketahui apakah amenorea itu primer atau sekunder. Selanjutnya, perlu diketahui apakah ada hubungan antara amenorea dan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan emosinal, apakah penderita mengidap penyakit akut atau menahun; apakah ada gejala-gejala penyakit metabolik dan lain-lain.4
Sesudah anamnesis, perlu dilakukan pemeriksaan umum yang seksama; keadaan tubuh penderita tidak jarang memberi petunjuk-petunjuk yang berharga. Apakah penderita pendek atau tinggi, apakah berat badan sesuai dengan tingginya, apakah ciri-ciri kelamin
sekunder berkembang dengan baik atau tidak, apakah ada tanda hirsutisme; semua ini penting untuk pembuatan diagnosis.
Pada pemeriksaan ginekologik umumnya dapat diketahui adanya berbagai jenis ginatresis, adanya aplasia vaginae, keadaan klitoris, aplasia uteri, adanya tumor, ovarium dan sebagainya.
Dengan anamnesis, pemeriksaan umum, dan pemeriksaan ginekologik, banyak kasus amenorea dapat diketahui sebabnya. Apabila pemeriksaan klinik tidak memberi gambaran yang jelas mengenai sebab amenorea, maka dapat dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan lanjutan.
Dalam menangani kasus-kasus amenorea haruslah teliti dalam memilih informasi yang diperlukan. Meskipun data tambahan tersedia pada waktu tersebut, dijabarkan dari latar belakang, pengujian fisik dan evaluasi kelenjar endokrin lainnya seperti tiroid dan adrenalin, hal-hal tersebut semestinya tidak digunakan untuk diagnosis sampai keseluruhan rangkanya lengkap. Pengalaman telah menunjukkan diagnosis yang prematur seringkali terjadi bias, meskipun kadang-kadang bisa tepat. Oleh karena itu perlu dilakukan investigasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
A. Langkah 1
Langkah awal dalam kerangka evaluasi penderita amenorea, dimulai dari pengukuran hormon thyroid stimulating hormones (TSH), kadar prolaktin, dan tes provokasi progesteron. Langkah awal untuk pasien galaktorea, tanpa melupakan riwayat menstruasi, juga harus diperiksa TSH dan pengukuran prolaktin serta perlu ditambahkan pemeriksaan rontgen dari sisi lateral pada sella tursika.1
Hanya sedikit penderita dengan amenorea dan atau galaktorea menderita hipotiroid yang tidak tampak secara klinis. Walaupun kelihatannya berlebihan melakukan pemeriksaan kadar TSH untuk penderita yang hanya memberikan hasil yang kurang berarti, karena pengobatan untuk hipotiroid sangat mudah dan diperoleh hasil yang cepat dari siklus menstruasi. Jika terdapat galaktorea, pengukuran TSH dianjurkan.1
Rangsangan yang konstan hormon RH dari hipotalamus akan menyebabkan hipertrofi atau hiperplasia dari hipofisis. Pemeriksaan rontgen menggambarkan tumor dapat dilihat (kelainan, ekspansi, atau erosi dari sella tursika). Penderita dengan
hipotiroid primer dan hiperprolaktinemia dapat muncul dengan amenorea primer maupun amenorea sekunder.1
Tujuan dari uji progesteron adalah untuk menilai kadar estrogen endogen dan kompetensi dari saluran genitalia. Uji progesteron yang dilakukan oleh Davajan dkk adalah dengan menyuntikkan 100 mg progesteron dalam larutan minyak atau medroksiprogesteron asetat (provera) 30 mg peroral selama tiga hari. Respon pemberian progesteron dinilai 2–14 hari setelah pemberian hormon tersebut dan diukur kadar LH serum. Speroff melakukan uji progesteron dalam dua pilihan yaitu: pemberian progesteron secara parenteral dalam larutan minyak (200 mg) atau secara oral dengan medroksiprogesteron asetat 10 mg setiap hari selama lima hari.1
Dalam 2–7 hari setelah pemberian progesteron, pasien kemungkinan terjadi perdarahan. Hal ini berarti bahwa sistem saluran pengeluaran berada dalam batas normal dan adanya uterus yang endometriumnya reaktif terhadap estrogen endogen. Dari hasil tersebut dapat ditetapkan adanya estrogen, fungsi yang minimal pada ovarium, hipofisis, dan sistem syaraf pusat. Dengan tidak adanya galaktorea, dengan kadar prolaktin yang normal, dan kadar TSH yang normal, evaluasi selanjutnya tidak diperlukan.1
Terdapat dua situasi yang terjadi bersamaan dengan respon yang negatif walaupun terdapat estrogen endogen yang cukup. Pada kedua situasi, endometrium mengalami reaksi desidua, tetapi kemudian tidak terjadi pelepasan mengikuti penghentian secara tiba-tiba dari pemberian progesteron eksogen. Kondisi yang pertama terdapat reaksi desidua dari endometrium sebagai respon adanya kadar androgen yang tinggi. Pada keadaan kedua merupakan keadaan klinik yang tidak biasa, endometrium mengalami reaksi desidua oleh karena kadar progesteron yang tinggi yang berhubungan dengan kekurangan enzim adrenal spesifik.1
Tanpa adanya galaktorea dan jika level serum prolaktin normal (kurang dari 20 pg/ml), evaluasi lanjutan untuk tumor hipofisis tidak perlu. Jika prolaktin meningkat, evaluasi dari sella tursika sangat diperlukan. Dalam kerangka ini, pernyataan berikut dapat dijadikan petunjuk praktis klinik: pendarahan positif membutuhkan pengobatan progesteron, dan tanpa adanya galaktorea serta kadar prolaktin yang normal dapat dijadikan petunjuk bahwa kita dapat mengabaikan adanya tumor hipofisis.1
Kenaikan sekresi prolaktin menambah perhatian kita pada keadaan kelenjar hipofisis. Untuk menjadi pertimbangan, perlu disampaikan bahwa terdapat laporan kasus dengan sekresi ektopik dari lapisan hipofisis pada faring, karsinoma bronkus, karsinoma sel-sel renal, gonadoblastoma, pada seorang wanita dengan amenorea dan hiperprolaktinemia serta ditemukan juga adanya prolaktinoma pada dinding kista dermoid ovarium.1
B. Langkah 2
Jika rangkaian pengobatan progesteron tidak memberikan hasil seperti pada langkah di atas, apalagi sistem organ target tidak operatif atau perkembangan estrogen dari endometrium tidak terjadi. Langkah 2 didesain untuk membuat klarifikasi terhadap situasi ini. Pemberian estrogen oral, estrogen dapat merangsang secara aktif baik secara kwantitatif maupun durasinya untuk perkembangan endometrium dan pendarahan yang aktif dari uterus pada sistem pengeluaran yang ada. Dosis yang sesuai adalah 1,25 mg estrogen konjugasi setiap hari selama 21 hari. Tambahan lanjutannya adalah progesteron yang aktif secara oral (medroksiprogesteron asetat 10 mg setiap hari selama 5 hari terakhir) diperlukan untuk menghasilkan menstruasi.1,3
Sebagai hasil dari test farmakologis langkah 2, apakah pada penderita dengan amenorea tersebut terjadi perdarahan atau tidak. Jika tidak terjadi, diagnosis dari kerusakan pada kompartemen I (endometrium, aliran pengeluaran) bisa ditegakkan. Jika pendarahan terjadi, bisa diasumsikan bahwa kompartemen I mempunyai kemampuan fungsional yang normal jika mendapat rangsangan esterogen.1
Dari sudut pandang praktis, pada pasien dengan alat genitalia interna dan eksterna yang normal dapat ditetapkan dengan pengujian pada panggul, dan tanpa adanya latar belakang infeksi atau trauma (seperti kuretase), serta tidak didapatkannya ketidaknormalan dari aliran pengeluaran yang tidak sewajarnya. Masalah aliran pengeluaran termasuk kerusakan endometrium, secara umum sebagai akibat dari kuretase yang berlebihan atau akibat dari infeksi, atau akibat amenorea primer dari diskontinuitas atau abnormalitas pada duktus Mulleri.1
C. Langkah 3
Pasien amenorea tidak sanggup menyediakan rangsangan estrogen yang memadai. Untuk memproduksi estrogen, ovarium memiliki folikel yang normal dan hormon hipofisis yang cukup untuk merangsang organ yang diperlukan. Langkah 3 dirancang untuk menentukan apakah 2 komponen yang penting (gonadotropin atau aktifitas folikel) berfungsi secara wajar atau tidak.1
Langkah ini mengikutsertakan pengujian tingkat gonadotropin pada pasien. Karena langkah 2 mengikutsertakan pemberian estrogen eksogen, kadar gonadotropin endogen mungkin tidak nyata. Sebab itu, penundaan selama 2 minggu setelah langkah 2 mesti dilakukan sebelum melaksanakan langkah 3, pengujian gonadotropin.1
Langkah 3 dirancang untuk menentukan apakah kekurangan estrogen menyebabkan kesalahan pada folikel (kompartemen II) atau pada sistem aksis syaraf pusat-hipofisis (kompartemen III dan IV). Hasil pengujian gonadotropin pada wanita amenorea yang tidak mengalami pendarahan setelah pemberian pemicu progestagen akan menghasilkan kadar gonadotropin abnormal yang tinggi, abnormal yang rendah, atau pada kadar yang normal.1
Prinsip dasar fisiologi fungsi menstruasi memungkinkan dibuatnya suatu sistem yang memisahkan dalam beberapa kompartemen dimana menstruasi yang normal tergantung. Hal ini berguna untuk memakai evaluasi diagnostik yang memilah penyebab amenorea dalam 4 kompartemen, yaitu:
- Kompartemen I : kelainan terletak pada organ target uterus atau outflow tract
- Kompartemen II : kelainan pada ovarium.
- Kompartemen III : kelainan pada pituitri anterior
- Kompartemen IV : kelainan pada sistem syaraf pusat (hipotalamus).







BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
    Amenorea primer merupakan suatu keadaan dimana tidak terjadi menstruasi pada wanita yang berusia 16 tahun ke atas dengan karaktersitik seksual sekunder normal, atau umur 14 tahun ke atas tanpa adanya perkembangan karakteristik seksual sekunder. Gangguan yang ada bisa terjadi pada kompartemen I (gangguan pada uterus), kompartemen II (gangguan pada ovarium), kompartemen III (gangguan pada hipofisis anterior) atau pada kompartemen IV (gangguan pada sistem syaraf pusat).
    Penanganan terhadap amenorea primer disesuaikan dengan kelainan yang terjadi. Kelainan yang diakibatkan oleh kelainan endokrinologik, maka diberikan pengobatan yang berupa pemberian hormonal. Bila kelainan bersifat psikis, maka pengobatan yang diberikan adalah mengeliminasi trauma psikis, bila perlu bekerjasama dengan ahli jiwa. Sedangkan kelainan yang diakibatkan oleh kelainan anatomik bisa diberikan dengan memperbaiki kelainan anatomis selama hal itu dimungkinkan.

3.2 DAFTAR PUSTAKA

Baziad A, Alkaff Z. Pemeriksaan dan penanganan amenorea. Dalam: Baziad A, Jacoeb TZ, Surjana EJ, Alkaff Z. Endokrinologi ginekologi. Edisi pertama. Jakarta: Kelompok studi endokrinologi reproduksi Indonesia bekerjasama dengan Media Aesculapius, 1993: 61-70
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1999: 203-223
Yeko TR, Parsons AK, Marshall R, et all. Laparoscopic removal of mullerian remnants in a woman with congenital absence of the vagina. Fertil Steril 1992, 57: 218-220
Talbert LM, Raj MHG, Hammond MG, et all. Endocrine and immunologic studies in a patient with resistant ovary syndrome. Fertil Steril 1984, 42: 741-744

POST TEST
FISIOLOGI REPRODUKSI

OLEH :
QUR’AINI YANTI
115130100111002










PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN
PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
M A L A N G
2012

1.    Sebutkan batas-batas rongga pelvis?
 
Pelvis merupakan regio berhubungan, yang diliputi oleh os.coxae dan bagian terminal kolom vertebra (os.sacrum dan os.coccyx). Pelvis dibagi menjadi dua bagian utama:
•    Pelvis major, spurium (false pelvis), yaitu bagian yang terletak cranial dari pintu atas panggul dan linea terminalis, meliputi sisi os.ilium dan os.sacrum.Pelvis major sering dikatakan sebagai bagian dari abdomen.
•    Pelvis minor, verum (true pelvis), meliputi os.ischium, os.pubicum, os.sacrum dan os.coccyx, dimulai dari pintu atas panggul (pelvic inlet)hingga pintu bawahpanggul (pelvic outlet).Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelvis minor terletak kaudal dari pintu atas panggul. Pintu atas panggul dikelilingi vertebra S1 (promontorium), ala sacrum, linea terminalis dan simfisis pubis. Sedangkan pintu bawah panggul dikelilingi oleh ramus ischiopubis, tuberositas ischadica, ligamentum sacrotuberous, os.coccyx dan simfisis pubis. Pada proses kelahiran, fetus yang berasal dari abdomen (akibat ekspansi uterus) akan melewati pintu atas panggul, rongga pelvis dan keluar melalui pintu bawah panggul.
    Rongga pelvis : rongga panggul terdapat diujung paling belakang rongga perut
    Cranial        : gerbang pelvis
    Lantainya    : pertemuan 2 os pubis jadi 1
    Pertemuanya    : simfisis pelvis
    Sinister et dexter : 2 os ilium
    Atas        : os sacrum
    Bagian lain    : ligamenta pelvis dan tuber ischii

2.    Jelaskan perbedaan konsistensi rumen, ginjal dan uterus pada palpasi per rektal?
    Perabaan korpus uteri (konsistensi lunak, ukuran pendek)
    Kornua uteri spi sebesar ibu jari kaki.

3.    Jelaskan keadaan alat kelamin betina tidak bunting pada palpasi per rektal?
    Organ repro        : rongga pelvis : vagina, serviks dan corpus uteri
    Sapi dara & sapi angole    : seluruh organ reproduksi dan kornua uteri : simfisis pelvis
    Kebanyakan sapi        : cornua uteri dan ovarium di rongga abdomen bagian caudal.
    Untuk sapi yang tidak buning uk/ sama, simetri dn peraban tuba valopii dan ovarium
4.    Sebutkan indikasi umum adanya kebuntingan!
Bulan pertama    : Uterus statis dengan CL yang tumbuh pada satu ovarium,
Bulan kedua             : Pembesaran tanduk uterus karena adanya cairan fetus,
Bulan ketiga             : Uterus mulai turun, fetus teraba,
Bulan keempat – ketujuh     :Uterus berada pada lantai abdominal, fetus sulit diraba, cotyledon : diameter 2-5 cm teraba pada dinding uterus, arteri uterina media hypertrofi dan terjadi fremitus,
Bulan Ketujuh – menjelang lahir : Cotyledon, fremitus dan bagian dari fetus dapat diraba.

5.    Apa saja yang harus diperhatian pada saat papasi per rektal pada ternak bunting muda!
Syarat palpasi rektal :
1. Siapkan hewan :
    betina, dewasa kelamin, diduga bunting
     keadaan sehat, ditenangkan bagi yang temperamental
    fiksasi : kandang jepit/ stall, tali pada pagar, amankan bagian belakang
2. Palpator :
    Pengetahuan teoritis, anatomis, fisiologis
    Bukan penakut (pada hewan), penjijik (pada kotoran)
    Memakai baju kerja (cattle pack) lengan panjang disingsing, sepatu karet panjang
    Kuku jari tangan potong pendek, selongsongi dengan glove karet/plastik, lumuri dengan sabun lunak atau jelly, tangan siap dimasukkan rectum dengan menguncupkan jari-jari. Pakai salah satu tangan (kiri atau kanan) yang masuk ke rektum, jangan gonta-ganti.



6.    Apa yang dimaksud pada fremitus?
Fremitus pleura adalah getaran teraba dari dinding thorax yang disebabkan oleh gesekan antara parietal dan visceral pleura paru-paru. Lihat menggosok gesekan pleura untuk analog pendengaran dari tanda ini.

Rhonchal fremitus, juga dikenal sebagai fremitus bronkial, adalah getaran teraba yang dihasilkan selama pernafasan yang disebabkan oleh obstruksi jalan napas parsial. Obstruksi dapat disebabkan lendir atau cairan lain di saluran napas, hiperreaktivitas bronkus, atau tumor. Lihat rhonchus (ronki) untuk analog pendengaran dari tanda ini.

Fremitus hati adalah getaran merasa lebih hati pasien. Hal ini diduga disebabkan oleh hati yang sangat meradang dan nekrotik menggosok melawan peritoneum. Nama 'Monash tanda' telah disarankan untuk tanda klinis, setelah Medical Centre Monash di Melbourne, Australia.

Perikardial fremitus adalah getaran dirasakan di dinding dada karena gesekan antara permukaan perikardium satu sama lain. Lihat friction rub perikardial untuk analog pendengaran tanda ini.

Dalam arti fremitus ini terjadi kontaksi yang diakibatkan oleh adanya kontraksi uterus yang di bantu oleh otot daging perut dan diafragma.

7.    Sebutkan tanda-tanda kebuntingan kurang dari 60 hari?

Bulan kedua(60 hari)         : Pembesaran tanduk uterus karena adanya cairan fetus.
Cornua uteri yang asimetris, cornua uteri yang mengandung fetus membesar karena adanya kantong amnion, cairan placenta, selaput fetus dan fetus itu sendiri.

8.    Pada umur kebuntingan berapa bulan fremitus dapat dirasakan?
Setelah berumur 9 bulan kebuntingan.

9.    Sebutkan berapa stadium proses kelahiran dan jelaskan!
    Stadium persiapan (1/2 jam – 24 jam, rata-rata 2-6 jam)
    Stadium pengeluaran fetus (terjadi kontraksi uterus, yang dibantu oleh adanya kontraksi urat daging perut dan diafragma).
    Stadium pengeluaran placenta (3-8 jam)
Setelah itu di lanjutkan oleh involusi uteri(kembalinya uterus ke keadaan semula yang membutuhkan waktu 45-50 hari).
10.    Berapa bulan setelah melahirkan induk sapi dapat dikawinkan kembali? Jelaskan!
     Setelah 60 hari induk ternak bisa kembali di kawinkan karena ada proses involutio uteri berlangsung sekitar 45-50 hari.

PROPOSAL USAHA PETERNAKAN BABI PRESTARTER

TUGAS MANAJEMEN TERNAK
PROPOSAL USAHA PETERNAKAN BABI PRESTARTER


OLEH:
Qur’aini Yanti            (115130100111002)
Ovilia Zabhita            (115130100111006)
Karina Grace             (115130100111008)
Veronika Julie            (115130100111020)
Dzunnuraini Syukr     (115130101111004)
Ni Made Artari Dewi  (115130101111006)
Nur Lailatul Mufida     (115130101111014)
Umi Ma’sumah            (115130101111016)
Nur Baety                   (115130107111010)



PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012

LATAR BELAKANG

Babi merupakan salah satu ternak penghasil daging selain ternak lain (seperti sapi, kerbau, domba, kambing, dan sebagainya). Tipe ternak babi yang dipelihara umumnya adalah tipe pedaging yang memiliki tujuan utama memenuhi kebutuhan konsumen akan daging babi tersebut. Daging babi memiliki beberapa kelebihan daripada daging lainnya, diantaranya adalah rasa yang lebih gurih dan empuk. Namun, daging babi jarang ditemukan di daerah yang umumnya beragama muslim karena tidak adanya konsumen daging babi tersebut, lain halnya pada daerah yang memiliki penduduk mayoritas nonmuslim seperti di Bali, Sumatra, Makassar, Sulawesi, dan lain-lain. Daging babi banyak dicari oleh konsumen baik untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk acara besar keagamaan. Saat ini Populasi babi di Indonesia sekitar 7,2 juta ekor.

Di pulau Jawa masih sedikit orang yang mendirikan peternakan babi, namun demikian permintaan akan daging babi lumayan banyak. Permintaan daging babi ini umumnya berasal dari masyarakat luar pulau Jawa sehingga beternak babi dapat menguntungkan dalam segi ekonomis. Beberapa keuntungan memelihara babi adalah perawatan yang tidak terlalu rumit dan karkas yang dihasilkan cukup besar yaitu 70-80% dari total berat keseluruhan. Hal yang harus diberi perhatian khusus pada babi yaitu suhu, pakan, luas kandang, dan kesehatan.

Minimnya usaha peternakan babi mengakibatkan kurangnya pemenuhan kebutuhan konsumsi protein hewani asal babi terutama saat menjelang perayaan hari raya keagamaan seperti Natal, Galungan, dan hari besar lainnya. Akibatnya, harga daging menjadi tidak stabil karena ketidakseimbangan antara populasi yang ada dengan jumlah permintaan pasar saat itu. Pendirian usaha ternak babi ini sekaligus dapat membantu program pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran.

Terpenuhinya kebutuhan daging sebagai bahan pangan bukan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan biologis semata, tetapi terkait dengan  harkat dan martabat kemanusiaan kita dalam perspektif sosial. Lebih dari itu kebutuhan daging dan susu untuk memenuhi konsumsi protein hewani sangat terkait dengan kesehatan dan kecerdasan bangsa.

Kebutuhan daging domestik terus meningkat seiring dengan meningkatnya populasi dan kesadaran gizi masyarakat namun produksi daging dalam negeri belum memadai sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut, tentu kita harus mengimpornya dari negara lain seperti Australia dan Selandia Baru.

Untuk mewujudkan suatu kesuksesan perusahaan diperlukan orang yang mahir dalam bidang kesehatan hewan (dokter hewan), rekan kerja (pasar), dan pembantu kesuksesan (tenaga-tenaga penjaga babi, satpam, warga-warga sekitar, petinggi desa, PLN, PDAM, dan lain-lain).

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A.    Judul Usaha :
 Nama dan alamat perusahaan
Nama peternakan     : PETERNAKAN BABI PRE STARTER
Jenis Organisasi        : PT yang melakukan usaha peternakan babi pre starter
Alamat peternakan    : Malang

Nama dan alamat pemilik
Nama pemilik        : FIFID
Email                     : Saguphritz@gmail.com


Nama dan alamat penanggung jawab yang bisa dihubungi sewaktu - waktu
Nama             : Yanti
Email              : Qurainiyanti@gmail.com


B.    Status Usaha :

Usaha yang akan kami jalankan adalah rintisan usaha baru

C.    Skala Usaha :

Usaha peternakan babi yang akan kami dirikan adalah jenis usaha berskala nasional yang hanya melakukan  pembibitan dan pemasaran babi. Alasan kami dalam memilih usaha peternakan babi ini didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut;

a.     Babi merupakan hewan prolifik, yaitu ternak yang mampu menghasilkan anak 12-14 ekor dalam sekali partus.
b.     Ternak babi adalah hewan monogastrik yang dapat mengkonsumsi makanan apa saja.
c.     Memiliki pasar sangat mendukung di wilayah-wilayah yang pada umumnya mayoritas nonmuslim.
d.     Pertumbuhannya cepat dibandingkan hewan ternak lainnya.

D.    Tujuan Usaha :

Tujuan dari didirikannya usaha peternakan babi prestarter ini adalah:

a.     Memperoleh penghasilan atau pendapatan.
b.     Menerapkan ilmu pengetahuan dalam bidang produksi peternakan yang pernah kami pelajari.
c.     Memenuhi kebutuhan protein hewani yang berkualitas, sehat, dan aman untuk dikonsumsi.
d.     Membantu pemerintah untuk memberantas pengangguran.
e.    Meningkatkan taraf hidup atau tingkat ekonomi masyarakat sekitar.
E.  Legalitas Usaha

Unit usaha peternakan babi memerlukan beberapa dokumen dari badan hukum yang akan digunakan sebagai bekal agar usaha yang dilaksanakan berjalan lancar di kemudian hari. Beberapa dokumen hukum (ditinjau dari aspek hukum) yang harus dimiliki adalah:

a.     Badan Hukum

Jika badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, maka badan hukumnya merupakan subyek hukum dan kekayaan yang terpisah (modal).

b.     Tanda Daftar Perusahaan dan Surat Ijin Usaha

Usaha peternakan babi memiliki ijin usaha dari dinas perindustrian dan perdagangan dan sudah terdaftar sebagai pelaku usaha pembibit, peternak, dan pemasaran produk prestarter. Sesuai dengan UU No. 3/1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha yang menjalankan setiap usaha yang bersifat tetap dan terus menerus didirikan, bekerja, serta berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia dengan tujuan memperoleh keuntungan atau laba.
.
c.     NPWP

Sebagai unit bisnis, diperlukan NPWP sebagai bukti aktivasi usaha yang telah didaftarkan ke Departemen Perpajakan setempat. NPWP merupakan nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas bagi wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

d.     Ijin Domisili dan IMB

Unit usaha peternakan babi ini akan didirikan di atas sebidang tanah demi kelancaran usaha oleh karena itu perlu diadakan perijian untuk pengeringan tanah artinya bahwa kami melakukan pengalihfungsian lahan yang semula untuk pertanian menjadi bangunan dan kandang sebagai tempat usaha. Selain itu juga kami melakukan perijinan kepada pemerintah daerah setempat untuk berdomisili karena nantinya setelah proyek berlangsung, beberapa karyawan kami akan kami tempatkan untuk tinggal dan menetap di peternakan tersebut.

e.     Bukti Diri

Bukti diri yang dimaksud adalah bukti mengenai kepemilikan usaha dan keterangan lain yang berhubungan dengan peternakan pembibit atau produksi babi prestarter seperti pakan, obat, dan lain-lain.

F.    Bagan organisasi




Bagan organisasi tersebut dibuat untuk memudahkan pemahaman susunan kepemimpinan organisasi dan dalam pembagian pekerjaan sesuai dengan divisi masing – masing sehingga yang bersangkutan dapat mengetahui apa tanggung jawabnya dan bagaimana ia akan bekerja.

a.    Kebutuhan Tenaga Kerja

Dalam menjalankan usaha peternakan babi ini, kami membutuhkan kurang lebih 30 tenaga kerja dengan rincian sebagai berikut ;
1 orang sebagai pimpinan, 4 orang sebagai manajer, 1 orang Kabag. Kesehatan (dokter hewan), 10 orang petugas kandang (min. lulusan SMA), 1 Kabag. pemasaran, 2 orang karyawan dibagian marketing (min. lulusan SMA), 3 orang supir, 2 orang Cleaning Service, 2 orang satpam, 2 orang petugas parkir, dan terakhir 2 orang tenaga serabutan.

b.    Tingkat Balas Jasa

Tingkat balas jasa berupa gaji, jenjang karir, training, bonus prestasi, dan bingkisan THR.

G.    Aspek Pemasaran

a.    Segmentasi
Segmen usaha peternakan babi prestarter ini adalah segmen menengah ke atas.
b.    Targeting
Target market kami adalah peternakan starter, grower, finisher, dan penggemukan.
c.    Positioning
Kami ingin menciptakan image atau citra perusahaan di benak konsumen sebagai peternakan bibit babi terbaik, nyaman, ramah, menjual bibit berkualitas dengan harga yang pas.

H.    Permintaan

a.    Perkembangan Permintaan Saat Ini
Dewasa ini, kalau kita cermati, permintaan akan daging babi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani sebagai penunjang kebutuhan nutrisi penting bagi tubuh. Terlebih dengan ditunjang oleh beragam cara yang mudah bagi masyarakat untuk mendapatkan sumber protein.
b.    Prospek permintaan di masa yang akan datang
Dengan membanjirnya berbagai macam produk makanan olahan daging yang serba instan di masyarakat akan menyebabkan kondisi persaingan produk – produk yang berbahan kimia tersebut akan mengalami kejenuhan seiring dengan tingginya persaingan pada industri tersebut.
F.    Penawaran
a.    Perkembangan penawaran saat ini
Perkembangan penawaran di sektor usaha peternakan babi pada saat ini memang relative masih biasa-biasa saja. Hal tersebut disebabkan karena sektor usaha ini belum dibidik dan dikelola secara serius. Oleh karena itu, agar usaha ini menjadi lebih baik maka perlu peningkatan penawaran yang memberikan nilai lebih bagi konsumen.
b.    Prospek penawaran di masa yang akan datang
Mengingat adanya peluang yang besar dalam usaha penjualan bibit babi pada masa yang akan datang, maka perlu adanya penawaran produk yang memberikan nilai lebih dan manfaat bagi konsumen. Penawaran tersebut akan semakin variatif maupun lebih kompetitif karena sudah ditunjang dengan perangkat teknologi informasi yang memberikan kemudahan bagi bagi penjual maupun pembeli dalam melakukan transaksi atau sebatas bertukar informasi. Oleh karena itu, bagi pelaku usaha di sektor ini harus mampu melakukan penawaran yang inovatif untuk menarik pangsa pasar.



TINJAUAN TEKNIS
Rencana Pengembangan
a.    Evaluasi lokasi Lokasi yang akan kami pilih untuk mendirikan bangunan sebagai tempat usaha peternakan babi pre starter adalah di Jalan ¬¬¬¬¬¬_________, kecamatan Meniwen, kabupaten Malang. Daerah tersebut memiliki suhu yang cocok dengan kebutuhan babi yang tergolong ternak homeoterm dan juga di dukung oleh kondisi sosial kemasyarakatan setempat.
b.     Sarana dan prasarana
• Sarana yang akan kami gunakan untuk menunjang kegiatan usaha kami adalah dengan menmanfatkan : mobil pick up pengangkut pakan, AC, Troli, Toilet, Meja Kursi, ruang meeting, Tempat parkir, kendaraan, truk, pos satpam gerbang depan dan belakang, mess untuk pekerja yang tidak berdomisili, gudang pakan, dll.
• Sedangkan untuk prasarananya kami menggunakan lahan seluas 2 Ha sebagai kandang dan sarana pendukung kegiatan .

c.    Tenaga ahli dan tenaga biasa 
Tenaga ahli yang kami pekerjakan untuk menunjang kelancaran usaha peternakan babi kami adalah tenaga ahli dokter hewan, pemasaran, keuangan, produksi dan sdm serta teknisi sarana dan prasarana pendukung usaha. Sedangkan untuk tenaga biasa yang kami gunakan adalah petugas kebersihan kandang, dan tenaga srabutan / kurir termasuk didalamnya sopir.




Time Job

No.    Jabatan    Waktu
1.    Manajer                                          07.00-15.00
2.    Kabag kesehatan (dokter hewan)    07.00-12.00 (sabtu - minggu)
3.    Petugas kandang                             06.30-15.00
4.    Kabag pemasaran                           07.00-15.00
5    Karyawan marketing                        07.00-15.00
6.    Supir                                              06.30-15.00
7.    Cleaning servis                                06.00-15.30
8.    Satpam    Shift                                06.00-17.00
                       Shift                               17.00-06.00
9.    Petugas parkir                                06.30-17.00
10.    Tenaga serabutan                         06.30-selesai

Job description
No.    Jabatan    Job description

1.    Manajer
 •  Memimpin dan mengendalikan semua kegiatan
•   Membina semua pegawai
•   Mengawasi semua kegiatan yanga ada
•   Memberikan arahan kepada pegawai

2.    Kabag Kesehatan (dokter hewan)
 •   Mengecek kesehatan babi
•   Mengecek jumlah babi produktif
•   Memberi obat dan vitamin untuk babi

3.    Petugas kandang (3orang)
  •   Memberi pakan hijaun
•   Memberi pakan konsentrat
•   Memandikan babi

4.    Petugas kandang (3orang) 
•   Membersihkan kandang
•   Menyiapkan alat-alat yang diperlukan
•   Memberi pakan

5.    Petugas kandang (2orang)
  •   Bertanggung jawab atas kotoran babi

6.    Petugas kandang (2orang)
 •   Bertanggung jawab atas keamanan babi

7.    Kabag Pemasaran
 •   Mencari pasar penjualan hasil ternak
•   Mempromosikan hasil ternak
•   Membuat relasi dagang dengan klien

8.    Karyawan Marketing (3 orang) 
•   Membantu kerja kepala pemasaran
•   Mencari tahu tentang market dagang

9.    Sopir (3 orang ) 
•  Mengendalikan kendaraan untuk setor penjualan hasil ternak dan Pogram Pemasaran, serta mengantar produk pesanan klien.

10    Cleaning servis
•   Membersihkan kantor
•   Menyiapkan peralatan kantor

11.    Satpam (2 orang)
•   Mengamankan dan menjaga peternakan

12.    Petugas Parkir
•  Menjaga kendaraan dalam parkiran kantor dan peternakan

13.    Tenaga serabutan  (2 orang ) 
•   Membantu petugas kandang, jika diperlukan

Analisis SWOT
Strength    Weakness
•   Mempunyai babi yang sehat
•   Mempunyai babi yang gemuk
•   Harga yang terjangkau
 •   Susah mendapatkan pakan hijauan
•   Susah mencari pegawai
Opportunity    Treat
•   Masih sedikit yang menggeluti usaha ini
•   Tempat yang strategis 
•   Kerusakan alat-alat
•   Adanya pencurian

d.    Bahan – bahan utama 
Bahan utama yang digunakan dalam menjalankan usaha peternakan babi antara lain : berbagai macam jenis indukan yang sering diminta pasar dengan kualitas yang baik dan pejantan yang berkualitas.

e.    Bangunan dan tata letak bangunan
Berkaitan dengan bangunan dan tata letak bangunan, kandang peternakan babi akan didirikan di atas tanah seluas 2 Ha dimana luas tanah untuk mendirikan bangunan kandang 1,5 Ha, dan 0,5 Ha untuk jalan, tempat istirahat pekerja, dan bangunan pendukung lainnya. Untuk luas bangunan kandang adalah 1,5 Ha dengan masing - masing kandang pejantan dan betina tidak bunting, kandang kawin, kandang betina bunting, dan menyusui. Bentuk bangunan berupa kandang terbuka ( ranch ) dengan tempat berteduh. Tata letak bangunan antara lain bangunan utama sebagai kandang, tempat meeting dengan tamu, tempat istirahat karyawan, toilet, tempat parkir kendaraan karyawan, pos satpam.


TINJAUAN EKONOMIS
A. Kebutuhan Dana Investasi
a. Investasi harga tetap Investasi ini mencapai Rp 1.000.000.000,-
b. Biaya pra operasi
Biaya pra operasi mencapai Rp. 1.100.000.000,- yang digunakan untuk proses pembelian tanah dan mendirikan bangunan.
c. Modal kerja
Modal kerja digunakan untuk membiayai seluruh aktiva lancar yang mencapai Rp 305.000.000,-
Total kebutuhan dana Investasi = Rp 2,3M
B. Rencana Pembelanjaan dan Sumber Dana
a. Modal sendiri
Modal sendiri Rp 11.070.800.000,-
b. Pinjaman bank
Pinjaman dari bank Rp 3.000.000.000,-
VII.            ASPEK KEUANGAN DAN PERMODALAN
a.    Gaji / upah tenaga kerja
-    Ka.Bag pemasaran & manajer @ 1 orang.
Gaji perbulan    : Rp. 3.500.000
Tenaga kerja    : 2 orang
1 tahun         : 12 x Rp.7.000.000= Rp.84.000.000

-    Ka Bag. Kesehatan (1 orang)
Gaji perbulan     : Rp. 5.000.000
1 tahun        : 12 x Rp. 5.000.000 = Rp.60.000.000

-    Gaji sopir, cleaning service, dan satpam,
Gaji per-bulan        : Rp. 500.000
Tenaga kerja        : 4 orang
1 tahun            : 12 bulan x Rp.500.000 x 4 = Rp. 24.000.000

Gaji  karyawan pemasaran :
Gaji per-bulan        : Rp. 1.500.000
Tenaga kerja        : 3 orang
1 tahun            :12 bulan x 3 x Rp. 1.500.000 = Rp.54.000.000

-    Gaji petugas kandang    
Gaji per-bulan        : Rp.1.000.000
Tenaga kerja        : 10 orang
1 tahun            : 12 bulan x 10 x Rp.1.000.000 = Rp.120.000.000

-    Gaji petugas parkir dan karyawan serabutan
Gaji perbulan        : Rp.300.000
Tenaga kerja        : 3 orang
1 tahun            : 12 bulan x 3 x Rp.300.000 = Rp.10.800.000

b.  Penyusutan kandang dan peralatan
-    Penyusutan kandang
Penyusutan per-bulan                      : Rp. 200.000
Sehingga penyusutan kandang dalam 1 tahun     : Rp.200.000 x  12 = Rp. 2. 400.000
-    Penyusutan peralatan
Penyusutan per-bulan                    : Rp. 100.000
Sehingga penyusutan peralatan dalam 1 tahun     : Rp.100.000 x 12 = Rp. 1.200.000
c.   Pembelian babi indukan
Harga 1 babi indukan dengan berat 110-120kg    = Rp. 1.920.000
(asumsi 1 induk babi 5m2, dengan 1,5 Ha (15000m2 maka jumlah babi 3000 ekor)
Harga 3000 ekor babi                    = Rp. 1.920.000 x 3000
= Rp. 5.760.000.000
c.    Pakan konsentrat
Pakan konsentrat selama 1 bulan = 18.000kg dengan harga Rp. 180.000.000
Pakan konsentrat selama 1 tahun= 216.000kg dengan harga Rp. 2.160.000.000
e.   Pakan hijauan
Pakan hijauan selama 1 bulan = 540.000kg dengan harga Rp. 378.000.000
Pakan hijauan selama 1 tahun = 6.480.000kg dengan harga Rp. 4.536.000.000
f.   Transportasi
Transportasi selama 1 bulan    = Rp. 9.000.000
transportasi selama 1 tahun    = Rp 108.000.000

g.  Biaya-biaya lain
Biaya-biaya lain selama 1 bulan    = Rp. 100.000
Biaya-biaya lain selama 1 tahun    = Rp. 1.200.000
h.   Obat-obatan
Obat-obatan selama 1 bulan    = Rp. 4.100.000
Obat-obatan selama 1 tahun    = Rp. 49.200.000
i.   Pembuatan kandang-kandang
Biaya pembuatan kandang    = Rp. 100.000.000
    Total semua modal setiap periode putaran untuk 1 tahun = Rp. 13.070.800.000

VIII.  Proyeksi Laba Rugi
No.    INVESTASI    JUMLAH (RP)
    Biaya tetap   
1.    Penyusutan kandang    2.400.000
2.    Penyusutan peralatan    1.200.000
3.    Gaji pegawai    352.800.000
Biaya variable/ produksi
1.    Pembuatan kandang    100.000.000
2.    Pembelian babi indukan     5.760.000.000
3.    Pakan konsentrat    2.160.000.000
4.    Pakan hijauan    4.536.000.000
5.    Obat-obatan    49.200.000
Biaya-biaya lain
1.    Biaya listrik & telepon    1.200.000
2.    Transportasi    108.000.000
Total biaya produksi    13.070.800.000
Pendapatan
1.    Penjualan piglet (1 jantan 8 betina, jadi dari 2625 yang masing-masing dengan litter size min.10 dan harga piglet Rp.500.000)
– per panen Rp.13.125.000.000
- untuk 1 tahun bisa beranak 2x, jadi pendapatannya    26.250.000.000
2.    Penjualan kotoran babi
1/3 dari pakan akan dikeluarkan sebagai feces. Total pakan perhari 18000kg + 6000.kg = 24.000 kg, jadi kotoran yang dihasilkan 8000kg/hari. Sehingga dalam 1 tahun ada 2.880.000kg. jika per-kg kotoran dijual Rp.200 maka akan didapatkan sebanyak Rp.576.000.000    576.000.000
Total pendapatan per tahun    26.826.000.000
Proyeksi laba (keuntungan) dalam 1 tahun    13.755.200.000












ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL

A. Penambahan Devisa
Adanya investasi di dalam usaha Peternakan Babi Pre Starter membawa dampak terhadap devisa negara Indonesia melalui pajak Perdagangan. Pendapatan pemerintah meningkat melalui pajak penghasilan yang harus dibayarakan oleh Perusahaan Babi Pre Starter ini.

B. Penyerapan tenaga kerja
Usaha Peternakan ini memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja sebanyak 30 orang dan memperkecil angka pengangguran di masyarakat.

C. Dampak terhadap lingkungan masyarakat
a. Adanya peningkatan ekonomi masyarakat khususnya para karyawan.
b. Adanya lowongan lapangan pekerjaan baru
c. Peningkatan gizi masyarakat melalui konsumsi buah berkualitas

D. Dampak terhadap industri lain
a. Bagi usaha yang sejenis tentunya akan berdampak pada meningkatnya persaingan.
b. Bagi peternak lain akan berupaya untuk meningkatkan kualitas produksinya.



KESIMPULAN

Dari hasil analisis beberapa faktor, ternyata usaha peternakan babi khususnya breeder mampu memberikan hasil yang baik dan dapat dikatakan layak untuk dijalankan. Terlebih ketika ada dukungan dari beberapa kebijakan pemerintah yang mengarah pada pemanfaatan sektor peternakan untuk mewujudkan swasembada daging, dan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani yang dapat meningkatkan kecerdasan, serta tingkat persaingan yang belum terlalu komptetitif, maka kondisi tersebut memberikan peluang yang baik untuk dibidik dijadikan peluang usaha. Peluang tersebut memberikan rasa optimis untuk menjalankan usaha ini

Dari proposal yang kami ajukan, kami buat untuk memajukan peternakan di Indonesia. Serta untuk memudahkan masyarakat memndapatkan daging babi.
Sekian pengajuan proposal ini. Segala hal yang bersangkutan dengan usaha kami dapat anda tanyakan melalui
Email     : saguphritz@gmail.com    atau    Qurainiyanti@gmail.com
                    Malang, 27 Desember 2012
                    Mengetahui , Pemilik



                                FIFID