Senin, 20 Mei 2013

JERAPAH DENGAN LEHER PANJANGNYA

Tugas Ekologi Hewan


1.    masalah yang dialami jerapah karena lehernya panjang!
Masalah utama ada pada peredaran darahnya. Semakin tinggi kepala, maka semakin menyulitkan bagi jantung untuk mengedarkan darah hingga sampai ke otak. Dengan panjang leher sekitar 2 m, lebih dari 50% tekanan darah di tubuhnya dikontribusikan untuk menghantarkan darah ke otak. Makhluk lain justru sebaliknya. Dan kenyataannya, tekanan darah jerapah bisa dua kali lipat tekanan darah kuda dan lima kali tekanan darah manusia. Untuk itu, ukuran jantung jerapah juga harus besar. Massa jantung jerapah dewasa mencapai 10 kg dengan panjang mencapai 60 cm, berlipat ukuran manusia kan? Namun jantung jerapah juga merupakan yang terunik di dunia mamalia memamah biak, setelah unta. Jantungnya memiliki sistem pengatur tekanan darah yang kompleks, sehingga mencegah tekanan darah berlebih ketika jerapah ingin minum. Karena posisi kepala jerapah ketika minum adalah lebih rendah daripada dadanya. Sehingga dengan tekanan yang normal, kepala jerapah seharusnya sudah pecah ketika ia minum. Namun hal itu tidak terjadi. Menurut hukum mekanika fluida, tekanan darah bisa diperbesar dengan memperkecil diameter pembuluh darah, namun hal itu justru dapat mengurangi debit aliran darah dengan tinggi tekanan yang sama. Daripada berisiko otak kekurangan darah, maka lebih baik jantungnya saja yang diperkuat. Sama seperti saya, ketika mendesain suatu pompa untuk wilayah perkebunan, maka saya bisa mengutak-atik diameter pipa dan mengganti pompa, namun dua2nya memiliki keuntungan risiko teknis dan finansial masing-masing. Selain masalah peredaran darah, jerapah juga bermasalah dengan massa kepalanya. Maka dari itu, otot lehernya begitu besar dan panjang, terutama di bagian dekat dadanya.




Kaki depan jerapah 10% lebih panjang dari kaki belakang, dan membantu hewan ini mendaki lereng. Jerapah dewasa memiliki kuku besar seukuran piring makan.
Sekali minum, jerapah minum banyak, sehingga mereka bisa tahan lama di daerah kering dan gersang. Ketika mencari makanan mereka akan menjelajahi daerah dengan daun yang lebih padat. Jerapah memiliki bibir keras sehingga mulutnya tidak rusak ketika mengunyah duri di pohon atau ranting.
Jerapah cewek menghabiskan waktu lebih dari 12 jam sehari untuk makan, yang jantan lebih malas lagi, hanya sekitar 6 jaman. Malam dihabiskan untuk memamah biak (ruminating) khususnya setelah senja dan sebelum fajar. Jerapah cowok menghabiskan 22% waktunya untuk berjalan, dibandingkan cewek yang hanya 13%. Sisa waktu yang dipakai cowok digunakan untuk, ehm, mencari cewek. Kalau rame-rame, jerapah tidak beraturan, gak punya pemimpin atau individu utama. Walau begitu, anak jerapah gak pernah dibiarkan sendirian, mereka dirawat oleh kelompok pengasuh dimana para ibu merawat anak-anak.

Week
Jika ada dua cowok merebutin satu cewek, mereka akan bertarung. Caranya dengan adu leher. Kaki depannya ditegarkan dan lehernya diayun kesana kemari memukul lawan. Kadang bisa terjadi kepala mereka bertubrukan dan ada yang terguling ke tanah. Biasanya kontes ini terjadi beberapa menit dan yang kalah harus pergi.
Pada saat berumur satu tahun, anak jerapah tingginya sudah 10 kaki. Anak jerapah dirawat selama setahun dan boleh bebas setelah berusia 15 bulan. Anak perempuan biasanyanya dewasa setelah lima tahun sementara jantan dewasa baru ketika berumur tujuh tahun.
Jerapah bukanlah pejalan kaki yang hebat, walaupun kakinya panjang. Jerapah tidak dapat berjalan di tanah yang berlumpur karena kakinya akan tenggelam dan sangat jarang mereka bisa menyeberangi sungai. Jerapah di seberang sungai tidak dapat pernah berhubungan dengan jerapah di seberangnya, kecuali air surut.
Jerapah beristirahat dengan mata terbuka, berdiri atau berbaring selama tiga atau lima menit. Sepanjang malam, jerapah tidur selama lima hingga 10 menit saja, jarang mereka tidur lebih dari 20 menit sehari.

Hmmm
Batuk dan Bersin
Kalau anak jerapah tersesat, ia memanggil para pengasuhnya, mendengar hal ini, pengasuh akan segera menyahut lembut sementara kalau yang mendengar itu cowok, si cowok akan batuk-batuk. Jerapah juga memberi bersin peringatan, jika ada predator. Suara jerapah seperti orang batuk dan juga dapat bersuara seperti babi.
Jerapah bisa Menghantui
Di negara Arab (Asia maupun Afrika) lainnya, khamar alias minuman memabukkan itu haram. Paling nggak jika berasal dari tumbuhan dan berbentuk minuman. Suku Humr di Sudan punya kreativitas tersendiri. Mereka membuat Umm Nyolokh, makanan memabukkan yang dibuat dari hati dan sumsum jerapah. Ia mengandung DMT dan komponen psikoaktif lainnya. Efeknya adalah halusinasi, lebih tepatnya halusinasi tentang jerapah!
Kamu mungkin bukan orang Humr, tapi bisa jadi kamu sekarang sedang berilusi tentang jerapah. Jerapah jerapah jerapah. Mahluk berleher panjang dan berlidah panjang, yang hanya mampu batuk untuk menakuti predator, yang menghibur dirinya dengan adu leher, yang badannya bintik-bintik. Jerapah memang benar-benar hewan yang bisa menghantuimu bila kamu membunuhnya, dan memakan hatinya tentunya.

Minum Air Kencing Ceweknya
Hati dan sumsum yang bersifat halusinogen hanya satu kegilaan yang datang dari jerapah. Jerapah sendiri punya ritual kawin yang gila. Begini, seperti halnya manusia, jerapah cewek juga sangat  mudah terangsang jika berada dalam masa ovulasi. Saat ini, kandungan hormon tertentu di tubuhnya berubah dan mempengaruhi air kemihnya. Air seninya berubah menjadi manis (atau rasa yang setara, dari sudut pandang jerapah cowok). Jadi yang dilakukan jerapah cowok sebelum ML adalah, meminum air kencing si cewek. Kalau enak berarti si cewek sudah terangsang, kalau belum, ya kamu harus berusaha lebih keras lagi, boy.
Evolusi
Jerapah hidup di Afrika, dari Chad di Afrika Tengah hingga ke Afrika Selatan. Walaupun Okapi jauh lebih pendek dari jerapah, ia juga punya leher panjang dan memakan dedaunan dan kedua hewan memiliki lidah panjang dan memiliki tanduk. Leluhur jerapah pertama muncul di Asia Tengah sekitar 15 juta tahun lalu, walau begitu fosil tertua jerapah, dari Israel dan Afrika, hanya berusia 1,5 juta tahun.
Dalam buku paket biologi, jerapah sering digunakan untuk mengilustrasikan perbedaan antara teori evolusi  Lamarck (Evolusi lewat Pewarisan Lunak) dan teori evolusi Darwin (Evolusi lewat variasi dan Seleksi Alam). Menurut Lamarck, pada tiap generasi, jerapah terus-menerus menjulurkan leher untuk mencapai dahan pohon tertinggi untuk dimakan, dan perpanjangan leher ini diwariskan pada generasi berikutnya. Jadi seperti Ade Ray, karena semasa hidup ia berlatih jadi kekar, maka ntar punya anak, anaknya gak perlu latihan untuk jadi kekar, anaknya udah kekar sebagai warisan dari latihan bapaknya. Sementara itu, menurut Darwin, variasi yang ada pada populasi jerapah (akibat mutasi ketika sel telur dan sel sperma melebur dalam kandungan), membuat jerapah leher panjang lebih dapat bertahan hidup dari jerapah leher pendek (seleksi alam). Jerapah leher pendek pada akhirnya punah dan jerapah leher panjang berjaya. Teori evolusi yang terbukti benar adalah teori evolusi Darwin dan teori Lamarck runtuh sejak lama.
 
Referensi
Animal Corner. Giraffes.
Mayr, E. 2001. What Evolution Is? Orion Publishing Group. Diterbitkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Evolusi oleh KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) bulan Februari 2010, diterjemahkan oleh Andya Primanda, JB Kristanto dan Parakitri T Simbolon.
Steward, D. 18 Agustus 2009. 6 Animals that can get you high. Cracked.com
Yew, J. 10 Oktober 2010. The 6 Most insane Sex Lives in the Animal Kingdom. Cracked.com


     Jerapah:
Hewan yang 
menonjol daripada 
yang lain
oleh Lynn Hofland (terjemahan)
Translated by Rudi Mahendra
________________________________________
Jerapah bahwasanya memang menonjol daripada hewan yang lain. Di kebun binatang atau di habitat alaminya yang berada di sekitar Afrika Tengah, tingginya menjulang lebih dari binatang lain, dan merupakan hewan darat terbesar yang kedua yang masih hidup hingga sekarang (gajah Afrika yang paling besar). Panjang leher jerapah telah mempesonakan para pengamat selama beberapa tahun. 'Bagaimana lehernya bisa panjang?' tanya mereka.
Dalam pengamatan pundaknya yang setinggi 3 meter (10 kaki) jerapah mengulurkan lehernya yang sepanjang 2,5 meter (8 kaki) sampai batasnya, dan ditambah dengan lidahnya yang panjang dan berukuran hampir 1 kaki untuk menjangkaukan dirinya dengan dahan pohon akasia yang terlihat tidak bisa diraih, dan beberapa orang mungkin percaya bahwa proses penguluran tersebut menyebabkan proses pertumbuhan leher jerapah. Tetapi sebenarnya, apakah seekor jerapah mampu menambah sesuatu demi ketinggiannya?
    Kalau satu fitur memang berganti, bukankah ini akan mempengaruhi semuanya? Mari kita pertimbangkan tentang jerapah.
Jerapah merupakan hewan mamalia, oleh karena itu banyak dari struktur anatominya sama dengan apa yang hewan mamalia miliki juga. Seperti dengan hewan mamalia kebanyakan, jerapah memiliki tujuh tulang leher. Bagaimana kalau ia tidak punya tujuh tulang di antara pundaknya dan bagian dasar dari tulang kepalanya? Leher manusia yang pendek menyokong kepala yang sangat seimbang dengan postur tegak dan usaha yang amat kecil. Kepala jerapah yang besar mesti ditahan tinggi setiap saat. Pada saat ia tegak, hampir setengah dari otot lehernya yang beratnya sekitar 225 kilogram (500 pound) sedang dalam ketegangan. Jumlah otot yang diperlukan secara langsung berhubungan dengan banyaknya tulang sendi yang harus disokong. Mengurangi tulang sendi hingga hanya dua (di bagian tengkorak dan di bagian pundak) akan mengurangi beratnya dengan banyak dan keperluan energi untuk kelangsungan hidup juga ikut berkurang. Apabila hal kekurangan makanan menjadikan lehernya untuk berubah, tidakkah jumlah tulang leher dan tulang sendi berubah juga dalam proses evolusi? Tentu saja masalah dalam disain leher ini adalah hilangnya fleksibilitas, dan juga meningkatkan kemampuan keretakan secara banyak, apabila jerapah tersebut menerima suatu pukulan di kepala atau leher.
Dalam hal yang sama, memiliki leher dengan tulang sendi yang saling terhubung dengan rumit akan menyebabkan keperluan tertentu - konsumsi energi yang lebih tinggi dan perlunya untuk menyokong massa otot yang lebih banyak. Ini akan menyebabkan titik berat jerapah untuk berpindah ke bagian depan dari kaki depannya ketika kepalanya dihadap lurus ke depan, dan juga menyebabkan kaki belakang melayang dari tanah - dalam anggapan kaki depannya lumayan kuat. Tujuh tulang leher adalah disain yang unggul.
Dengan kepalanya terangkat tinggi di udara, jantung jerapah yang besar harus bisa memompa darah penuh dengan oksigen dengan cukup dalam jarak 3 meter (10 kaki) ke otak. Ini akan menimbulkan masalah (melibatkan tekanan darah yang terlalu tinggi) ketika jerapah tersebut menurunkan kepalanya pada saat ia minum air, kalau bukan karena sekelompok dinding arteri yang unik, katup yang berkeliling dan mencegah pengumpulan darah, jaringan pembuluh darah yang kecil (rete mirabile, atau 'jaringan yang mengagumkan'), dan sinyal pendeteksi tekanan yang menjaga aliran darah yang cukup ke otak dalam tekanan yang benar. Termasuk bagi yang menganggap ini hanyalah 'adaptasi terhadap tekanan gravitasional yang tinggi dalam sistem kardiovaskular', jerapah adalah hewan yang unik.
 
PENYESUAIAN TERHADAP GRAVITASI
     Jantung jerapah mungkin adalah yang paling kuat di antara hewan-hewan yang lain, karena sekitar dua kali lipat dari tekanan darah normal diperlukan untuk memompa darah melalui lehernya yang panjang hingga ke otak. Dengan tekanan darah yang tinggi ini, hanya fitur desain spesial mencegahnya dari 'meletuskan otaknya' ketika ia membungkuk ke bawah untuk minum air.
Fakta yang sama menakjubkan adalah darahnya tidak berkumpul di bagian kaki, dan jerapah tidak berdarah berlimpah-limpah apabila kakinya terluka. Rahasianya adalah kulitnya yang sangat keras dan jaringan sel di bagian dalam yang mencegah akumulasi darah. Kombinasi kulit ini telah dipelajari dengan dalam oleh ilmuwan NASA dalam perkembangan mereka tentang pakaian untuk astronot. Yang juga berguna untuk mencegah pendarahan besar terdapat pada seluruh pembuluh darah di kaki jerapah yang begitu internal.
Pembuluh rambut yang menjangkau sampai permukaan amatlah kecil, dan ukuran sel darah merahnya sekitar satu per tiga dari ukuran yang dimiliki manusia yang menjadikan aliran darah memungkinkan. Ini tentu menjadi jelas bahwa dari seluruh segi dalam jerapah ini semuanya saling berinteraksi dan saling bergantung satu sama lain dengan lehernya yang panjang.
Tetapi ada lagi. Ukuran sel darah merah yang lebih kecil memungkinkan luas permukaan yang lebih besar dan penyerapan oksigen yang lebih tinggi dan cepat dalam darah. Ini membantu menjaga persediaan oksigen yang cukup hingga ekstremitas, dan juga di bagian kepala.
Paru-parunya bekerja sama dengan jantung untuk membekali jerapah dengan oksigen yang cukup, tetapi dengan cara yang unik untuk jerapah. Ukuran paru-paru jerapah delapan kali lebih besar dari yang dimiliki manusia, dan kecepatan pernafasannya sekitar satu per tiga dari manusia. Bernafas dengan lebih pelan penting untuk menggantikan volume udara yang diperlukan tanpa menyebabkan pengasaran kulit terhadap trakea jerapah yang berlipat-lipat dan sepanjang 3,6 meter (12 kaki). Ketika binatang tersebut menghirup nafas segar, nafas sebelumnya yang telah kehabisan oksigen tidak bisa dikeluarkan sepenuhnya. Untuk para jerapah, masalah ini dirumitkan lagi oleh trakea yang panjang dan yang akan menyisakan udara yang mati dengan banyak, lebih banyak dari satu nafas manusia. Penyelesaiannya adalah udara yang dihirup harus cukup untuk menjadikan 'udara buruk' ini dalam persentase yang kecil dari keseluruhan total. Ini adalah masalah fisika yang telah dipecahkan oleh jerapah.
KELAHIRAN JERAPAH
Untuk hal yang mengherankan, kelahiran jerapah menyelesaikan perkara dalam Intelligent Design (Desain Intelijen). Seekor anak binatang yang baru lahir jatuh dan hidup dari ketinggian 1,5 meter (5 kaki), karena ibunya tidak mampu jongkok ke tanah dengan nyaman, dan berdiam di bawah pada saat melahirkan tentu menjadi undangan kepada singa atau pemangsa lain untuk menyerang sang ibu. Untuk seluruh hewan mamalia, ukuran kepalanya tidak seimbang dengan ukuran tubuhnya yang lain, dan ini menjadi tantangan untuk menurunkan sang anak melalui rahim.
Bayi jerapah mendapat tambahan dalam tantangan, yaitu memiliki leher panjang dan rapuh terhubung dengan seluruh tubuh barunya yang seberat 70 kilogram (150 pound). Apabila kepalanya keluar dulu, lehernya pasti retak ketika bagian tubuhnya yang lain jatuh di atas leher. Kalau kepalanya keluar paling terakhir, lehernya pasti juga retak karena berat badannya menarik kepalanya keluar dari ibunya. Jalan buntu seperti ini dipecahkan dengan panggul belakang yang berukuran amat lebih kecil daripada bahu depan, dan panjang lehernya berukuran cukup untuk memungkinkan kepala melalui rahim dan mendarat di panggul belakang. Kaki belakang keluar dulu untuk menjaga jatuhnya bagian tubuh yang lain. Kepalanya disokong dan dibantali oleh panggul belakang, dan lehernya lumayan lentur, memungkinkan lengkokan tajam di sekitar bahu depan.
Ini adalah jalan keluar yang sempurna, yang merupakan hal yang tidak mungkin di dalam kombinasi yang lain atau panjang leher yang berbeda. Beberapa menit kemudian, anak jerapah tersebut dengan anggun berdiri di antara kaki ibunya. Dari kelahiran hingga kedewasaan dalam hanya empat tahun, lehernya tumbuh dari satu per enam hingga satu per tiga dari total tinggi jerapah tersebut. Pertumbuhan ini diperlukan hewan tersebut untuk mengatasi masalah ketinggian kakinya dan untuk tunduk ke bawah untuk minum air. Makanan anak jerapah untuk tahun pertama biasanya adalah air susu ibunya yang kaya, dan yang bisa dijangkau dengan mudah.
Dalam hal ekologi, jerapah amat cocok dengan lingkungan hidupnya. Ada keperluan akan pohon penghias untuk mencegah pohon rimbun yang tumbuh dengan cepat dari menggelapkan tanah dan membunuh rumput-rumput penting yang menyediakan makanan untuk hewan padang rumput. Juga ada keperluan akan penjaga yang bisa melihat dari atas rumput tinggi dan memandang gerakan-gerakan kucing pemangsa. Jerapah bukan hanya tinggi dan mampu untuk melakukan hal ini, tetapi juga memiliki pandangan dan watak yang ingin tahu. Setelah memperingatkan hewan lain dengan beberapa desis ekor, jerapah dengan gagah berlangkah lari dari bahaya. Tinggi tubuh yang besar, lapisan kulit yang kuat, tendangan belakang yang mematikan, dan langkah yang panjang dan cepat membuat jerapah dewasa seekor mangsa yang tidak diinginkan oleh hewan karnivora yang lain.
Untuk menyatakan bahwa seluruh hal ini mungkin adalah hasil evolusi ke suatu kelas binatang, dengan kurangnya hal lain yang berhubungan dan bisa terpikirkan, dan menjadi amat terbina hanya karena yang disangka adalah kurangnya makanan di bagian permukaan, adalah hal yang mustahil. Tidakkah seharusnya yang lain yang juga makan di bagian permukaan, yang juga mempan dengan kucing besar, dan yang juga mengalami radiasi kosmik yang sama, telah mencapai ketinggian seperti jerapah?
Yang menarik, ada hewan lain yang memang makan dari pohon. Kijang gerenuk (Litocranius walleri) dari Afrika memiliki leher terpanjang dari famili kijang, memiliki lidah panjang, dan makan daun-daun dari pohon ketika berdiri dengan kaki belakangnya. Kambing markhor (Capra falconeri) dari Afganistan memanjat pohon setinggi 25 kaki untuk memakan daun-daun pohon. Mamalia lain juga menginginkan daun-daun pohon tetapi tidak ada satupun dari mereka yang akan menjadi jerapah, dan jerapah tentu saja tidak berasal dari hewan 'kurang dari jerapah'.
Kita tidak bisa tahu bahwa kondisi dulu sama dengan sekarang, namun teori "keperluan akan kelangsungan hidup dengan tumbuh lebih tinggi demi makanan" merupakan hal yang sedikit lebih dari spekulasi post hoc (suatu kekeliruan dalam argumen), sama seperti berbagai penjelasan Darwin tentang jenis hewan. Rekor fosil memastikan ini, dan desain unik dan menakjubkan yang terlihat dari hewan ini membuktikan ini. Pujian, keagungan, dan kebesaran tertuju kepada Sang Pencipta jerapah ini.

Referensi
1. Percival Davis and Dean H. Kenyon, Of Pandas and People (Panda dan Manusia), Haughton Publishing Company, Dallas (Texas), 1989, p. 71.
2. Alan R. Hargens, Developmental Adaptations to Gravity/Cardiovascular Adaptations to Gravity in the Giraffe (Perkembangan Adaptasi terhadap Gravitasi/ Adaptasi Kardiovaskular dalam Jerapah), Life Sciences Division, NASA Ames Research Center (California), 1994, p. 12.
3. Helen Roney Sattler, Giraffes, the Sentinels of the Savannas (Jerapah, Penjaga di Padang Rumput), Lothrop, Lee and Shepard Books, New York, 1979, p. 22.
4. Francis Hitching, The Neck of the Giraffe, Where Darwin Went Wrong (Leher Jerapah, Di Mana Darwin Salah), Ticknor and Fields, New York, 1982, p. 179.
________________________________________
LYNN HOFLAND, B.S.E.E., adalah seorang Environmental Test Engineer (Insinyur Tes Lingkungan) di NASA Ames Research Center (Pusat Penelitian NASA Ames), Mountain View, California. Dia dan istrinya menyekolahkan ketiga anak mereka di rumah sendiri, dan memulai "Stiffneck Ministries" lima tahun yang lalu untuk menyediakan perpustakaan material Ciptaanisme kepada pelajar rumah.

1 komentar: